Sumenep (Antara Jatim) - Sejak dulu Sumenep terkenal dengan puluhan potensi wisata dengan daya tarik tinggi yang bisa mendatangkan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.
Sebut saja Pantai Lombang di Kecamatan Batang Batang yang dikenal memiliki hamparan pasir putih dan jejeran pohon cemara udang dan Pantai Slopeng di Dasuk dengan bukit pasir putihnya.
Sejak pertengahan 2014 terdapat lokasi wisata baru di Sumenep yang awalnya mencuat melalui media sosial, yakni Pantai Pulau Gililabak di Kecamatan Talango.
Saat ini, Pantai Pulau Gililabak yang memiliki bentangan pasir putih, ombak landai, dan pemandangan bawah laut yang menawan itu masuk menjadi objek wisata utama di Sumenep.
Ratusan ribu wisatawan yang sementara didominasi nusantara pun telah berkunjung ke ujung timur Pulau Madura itu setiap tahunnya. Sementara wisatawan mancanegara masih minim.
Data di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep, jumlah wisatawan yang mengunjung empat lokasi wisata utama setempat, yakni Asta Tinggi (kompleks pemakaman Raja Sumenep), Museum dan Keraton Sumenep, keduanya di Kecamatan Kota, Pantai Lombang, dan Pantai Slopeng pada 2014 sebanyak 334.270 orang, dengan rincian 334.007 wisatawan nusantara dan 263 wisatawan mancanegara.
Sementara pada 2015, jumlah wisatawan yang mengunjungi empat wisata utama tersebut sebanyak 342.757 orang, dengan rincian 342.410 wisatawan nusantara dan 347 wisatawan mancanegara.
"Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumenep memang minim," kata Kepala Disbudparpora Sumenep, Sufiyanto.
Sumenep memiliki puluhan daya tarik wisata. Namun, hingga sekarang hanya tiga lokasi wisata yang dikelola secara resmi oleh pemerintah daerah, yakni Museum dan Keraton Sumenep, Pantai Lombang, dan Pantai Slopeng.
Pada 2017, Pemerintah Kabupaten Sumenep akan melakukan pembenahan secara menyeluruh pada semua daya tarik wisata setempat, baik yang sudah maupun belum dikelola secara resmi.
Pemerintah daerah akan mengklasifikan potensi wisatanya menjadi empat jenis, yakni wisata kota, wisata sejarah, wisata religi, dan wisata alam.
"Konsepnya sudah ada dan tinggal pembahasan akhir. Nantinya, semua daya tarik wisata tersebut akan disinergikan menjadi satu-kesatuan supaya dikunjungi wisatawan," kata Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi.
Ia menjelaskan, saat ini terdapat dua lokasi wisata baru di Sumenep yang terkenal di tingkat nasional, yakni Pantai Pulau Gililabak dan Pulau Giliyang di Kecamatan Dungkek.
Pantai Gililabak pun mulai dilirik oleh wisatawan mancanegara. Sesuai data di Disbudparpora Sumenep tercatat sebanyak 109 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pantai Pulau Gililabak pada semester pertama tahun ini (Januari-Juni 2016).
Pantai Pulau Gililabak akan dikembangkan sebagai lokasi wisata bahari, karena memiliki bentangan pasir putih dengan ombak landai serta pemandangan bawah laut menawan.
Sementara Pulau Giliyang disiapkan sebagai lokasi wisata kesehatan, karena kandungan oksigennya di atas rata-rata wilayah lainnya.
Sesuai hasil penelitian LAPAN yang bekerja sama dengan Bappeda Sumenep pada 2006, kandungan oksigen di Pulau Giliyang pada kisaran 3,3 persen hingga 4,8 persen di atas normal.
Salah satu kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam mengembangkan lokasi wisata utama itu adalah keterbatasan dana.
Pemerintah daerah tidak mungkin secara keseluruhan membangun fasilitas dan sarana penunjang di lokasi wisata melalui APBD, karena akan memberatkan keuangan daerah.
"Solusinya memang mendatangkan investor atau kalangan swasta untuk mengembangkan lokasi wisata di Sumenep. Tentunya dengan skema yang tetap menguntungkan pemerintah daerah dan ikut mendorong peningkatan kesejahteraan warga setempat," kata Fauzi, menambahkan.
Ia menjelaskan, sejak beberapa waktu lalu, pihaknya telah berkomunikasi atau melakukan penjajakan awal dengan sejumlah investor supaya mengembangkan lokasi wisata di Sumenep.
Bandara Trunojoyo
Di sisi lain, sejak beberapa waktu lalu Bandara Trunojoyo Sumenep yang dibangun pada era 1970-an mulai dikembangkan.
Setelah menjadi jalur penerbangan perintis sejak 2015, pemerintah daerah dan otoritas bandara setempat terus berpacu agar Sumenep menjadi bagian dari jalur penerbangan komersial.
Insya-Allah, fasilitas Bandara Trunojoyo pada akhir tahun ini sudah layak diterbangi pesawat berkapasitas angkut 60 orang lebih yang berarti siap dijadikan bagian dari jalur penerbangan komersial.
Keberadaan Bandara Trunojoyo sebenarnya signifikan untuk memacu peningkatan angka kunjungan wisatawan, utamanya wisatawan luar Pulau Madura maupun mancanegara.
Bandara Trunojoyo mampu memperpendek waktu perjalanan dari Surabaya dan luar kota di Pulau Madura lainnya ke Sumenep dan sebaliknya yang jika melalui jalur darat butuh waktu sekitar 4,5 lima jam (Surabaya-Sumenep dan sebaliknya).
Sementara jika melalui jalur udara, waktu tempuh perjalanan dari Surabaya ke Sumenep dan sebaliknya sekitar 40 menit.
Bandara Trunojoyo bisa menjadi katalisator peningkatan angka kunjungan wisatawan, jika memang disinergikan dengan banyaknya daya tarik wisata di Sumenep.
Peluang semakin terbuka, karena akses transportasi yang lebih cepat sudah tersedia.
"Pemerintah daerah harus memperbanyak even atau kegiatan yang bisa menarik wisatawan luar daerah berkunjung ke Sumenep. Kalau itu bisa dilakukan, ada kemungkinan jumlah pengguna jasa pesawat akan lebih banyak," kata Kepala Unit Penyelenggara Bandara Kelas III Trunojoyo Sumenep, Wahyu Siswoyo.
Sesuai hasil telaah internal otoritas Bandara Trunojoyo, hingga sekarang potensi calon penumpang konvensional pesawat masih minim.
Indikatornya, jumlah pengguna jasa pesawat di jalur perintis Sumenep-Surabaya dan sebaliknya hanya pada kisaran 30-40 persen.
Pada tahun ini, operator penerbangan perintis yang melalui Bandara Trunojoyo Sumenep, PT Airfast Indonesia menggunakan pesawat berkapasitas angkut 15 penumpang.
"Pada masa arus mudik dan balik Lebaran pun, jumlah penumpang di jalur Sumenep-Surabaya dan sebaliknya tidak maksimal. Ini menunjukkan jalur udara belum terlalu diminati oleh calon penumpang konvensional," ujarnya.
Wahyu menjelaskan, wisatawan dari luar daerah dan mancanegara merupakan sasaran calon pengguna jasa pesawat ke maupun dari Sumenep.
"Sumenep memiliki banyak potensi wisata yang menarik dan itu bisa menjadi peluang pasar bagi jasa transportasi udara. Itu tentunya pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Kami siap bersinergi dengan pemerintah daerah," imbuhnya.
Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi menjelaskan, pembenahan semua potensi wisata yang akan dilakukan pada 2017 memang akan disinergikan dengan keberadaan Bandara Trunojoyo.
Geliat kepariwisataan di Sumenep sudah lama mengemuka. Biro perjalanan wisata yang pelakunya warga lokal (Sumenep) pun mulai tumbuh.
Hingga sekarang sedikitnya sudah terdapat enam biro perjalanan wisata yang pengelolannya adalah warga Sumenep.
"Masih banyak yang perlu dibenahi pemerintah daerah jika ingin meningkatkan jumlah wisatawan asal luar daerah dan mancanegara," kata Direktur Madura Vacation, Fadel Abu Aufa.
Hingga sekarang, lokasi wisata di Sumenep termasuk yang sudah lama dikelola secara resmi oleh pemerintah daerah seperti Pantai Lombang dan Slopeng, belum dilengkapi oleh sarana penginapan.
"Kondisi itu sering dikeluhkan oleh wisatawan luar daerah maupun mancanegara, karena mereka akhirnya tidak bisa menginap di sekitar lokasi wisata. Sarana penginapan di lokasi wisata memang hal sensitif bagi warga. Namun, itu dibutuhkan oleh para wisatawan," ujarnya.
Keberadaan Bandara Trunojoyo dan biro perjalanan wisata bisa menjadi katalisator peningkatan angka kunjungan wisatawan ke Sumenep.
Sinergi. Itu tentunya merupakan keniscayaan yang harus dilakukan pemerintah daerah jika ingin melihat wisatawan makin banyak berkunjung ke Sumenep, utamanya wisatawan mancanegara yang selama ini jumlahnya memang minim.
Makin banyak wisatawan yang berkunjung tentunya akan makin banyak uang yang berputar di Sumenep. (*)