Nairobi, (Antara/Xinhua-OANA) - Ada keperluan bagi pembentukan lembaga banyak pihak dan pemerintah nasional guna memprioritaskan pelestarian keragaman hayati melalui penerapan kebijakan dan peraturan selain kesadaran masyarakat, kata seorang profesor dari Tiongkok.
Selama wawancara dengan Xinhua pada Ahad (22/5), saat hari internasional peringatan keragaman hayati, Huang --Profesor Bioteknologi dan Ekologi Lingkungan Hidup di Peking University, yang bergengsi-- mengatakan pelestarian habitat adalah kunci untuk memajukan agenda berkelanjutan.
Tema Hari Keragaman Hayati Internasional tahun ini, "mainstreaming biodiversity: sustaining people and their livelihoods", kembali menegaskan peran penting sumber daya alam bagi kelangsungan hidup manusia.
Profesor Huang menyatakan bahwa strategi baru diperlukan untuk melindungi flora dan fauna, yang berlimpah, dari penyusutan yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan peristiwa cuaca ekstrem.
"Kita dapat memutar-balikkan kehilangan keragaman hayati melalui campur tangan kuat yang meliputi penerapan hukum dan kebijakan. Keterlibatan masyarakat dalam upaya ini sangat penting," kata Huang.
Huang adalah anggota panel ahli tingkat tinggi yang diberi tugas oleh Program Lingkungan Hidup PBB untuk mengerjakan edisi keenam kajian lingkungan hidup global --yang akan diselesaikan tahun depan.
Ilmuwan Tiongkok tersebut menghadiri forum kebijakan ilmu pengetahuan pada 19 sampai 20 Mei di Nairobi, sebelum Sidang Majelis Umum PBB, yang dimulai Senin.
Pelestarian keragaman hayati akan mendapat perhatian besar selama Sidang Lingkungan Hidup Global selama lima hari.
"Pemerintah Tiongkok berkomitmen untuk melindungi keragaman hayati dan ekosistem," kata Huang, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Ia menambahkan 2016 menandai peringatan ke-60 sejak Tiongkok mendirikan daerah suaka alam.(*)