Jember (Antara Jatim) - Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon
memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan berlanjut
pada 2016.
"Untuk itu, tantangan ke depan OJK harus mampu menjaga daya tahan industri jasa keuangan yang tidak mudah untuk saat ini, sehingga kalau ada masalah harus direspons dengan cepat," kata Nelson usai meresmikan Kantor OJK di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengatakan evaluasi perbankan tahun 2015 kondisnya sudah cukup baik dan likuiditas perbankan di atas 21 persen, namun kendalanya berada di sektor pertumbuhan kredit.
"Tahun lalu pertumbuhan kredit sebesar 10,5 persen dan angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni sekitar 13-15 persen. Kondisi perlambatan ekonomi akan berlanjut hingga 2016 dan hal itu berkaitan dengan ekonomi global yang dialami beberapa negara termasuk Tiongkok," paparnya.
Tahun ini, lanjut dia, kesulitan global kemungkinan masih berlanjut dan Tiongkok juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang tercatat pada tahun 2015 sebesar 6,3 persen.
"Kami optimistis masalah itu akan teratasi dan semua pihak akan berupaya untuk mengatasi kondisi perekonomian, kecuali beberapa hal yang memang tidak bisa diatasi seperti harga komoditas, penurunan harga minyak dunia," ucap Direktur Eksekutif Pengawas Perbankan itu.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 sebesar 4,7 persen itu menurun dibandingkan tahun 2014 dan itu masih akan berdampak pada perekonomian tahun 2016, sehingga harus diwaspadai oleh industri jasa keuangan.
"Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3 persen dan memang tidak mudah untuk menghadapi krisis global saat ini, namun harus ada optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih baik," tuturnya.
Ia juga meminta OJK berperan aktif ketika ada persoalan yang dihadapi industri jasa keuangan, apabila tidak direspons dengan baik maka akan merembet ke sektor lain karena persoalan jasa keuangan itu sangat sensitif.
"Saya tegaskan bahwa OJK harus memperkuat kemampuan pengawasan terhadap lembaga jasa keuangan untuk menjaga daya tahan industri keuangan yang saat ini tidak mudah," katanya.(*)
"Untuk itu, tantangan ke depan OJK harus mampu menjaga daya tahan industri jasa keuangan yang tidak mudah untuk saat ini, sehingga kalau ada masalah harus direspons dengan cepat," kata Nelson usai meresmikan Kantor OJK di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengatakan evaluasi perbankan tahun 2015 kondisnya sudah cukup baik dan likuiditas perbankan di atas 21 persen, namun kendalanya berada di sektor pertumbuhan kredit.
"Tahun lalu pertumbuhan kredit sebesar 10,5 persen dan angka tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni sekitar 13-15 persen. Kondisi perlambatan ekonomi akan berlanjut hingga 2016 dan hal itu berkaitan dengan ekonomi global yang dialami beberapa negara termasuk Tiongkok," paparnya.
Tahun ini, lanjut dia, kesulitan global kemungkinan masih berlanjut dan Tiongkok juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang tercatat pada tahun 2015 sebesar 6,3 persen.
"Kami optimistis masalah itu akan teratasi dan semua pihak akan berupaya untuk mengatasi kondisi perekonomian, kecuali beberapa hal yang memang tidak bisa diatasi seperti harga komoditas, penurunan harga minyak dunia," ucap Direktur Eksekutif Pengawas Perbankan itu.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 sebesar 4,7 persen itu menurun dibandingkan tahun 2014 dan itu masih akan berdampak pada perekonomian tahun 2016, sehingga harus diwaspadai oleh industri jasa keuangan.
"Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3 persen dan memang tidak mudah untuk menghadapi krisis global saat ini, namun harus ada optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih baik," tuturnya.
Ia juga meminta OJK berperan aktif ketika ada persoalan yang dihadapi industri jasa keuangan, apabila tidak direspons dengan baik maka akan merembet ke sektor lain karena persoalan jasa keuangan itu sangat sensitif.
"Saya tegaskan bahwa OJK harus memperkuat kemampuan pengawasan terhadap lembaga jasa keuangan untuk menjaga daya tahan industri keuangan yang saat ini tidak mudah," katanya.(*)