Surabaya (Antara Jatim) - Hilangnya sejumlah mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi (PT) di Surabaya membuat sejumlah civitas akademik khawatir, apalagi beberapa hari terakhir hilangnya beberapa mahasiswa diduga bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
"Kami mulai mengumpulkan semua mahasiswa dari beberapa elemen kemahasiswaan untuk menyikapi dugaan sejumlah mahasiswa di beberapa tempat yang diduga ikut tergabung dalam Gafatar," kata Wakil Rektor I Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Andik Matulessy di Untag Surabaya, Jumat.
Ia mengatakan para mahasiswa diberi arahan sebagai bentuk antisipasi agar mahasiswa tidak terinfiltrasi paham-paham radikal, karena mahasiswa sekarang mudah galau dan patah semangat, sehingga mudah dipengaruhi orang lain.
"Kami mengundang tokoh-tokoh mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi), yang diharapkan mampu memberi teladan dan imbauan kepada sesama mahasiswa untuk menangkal paham yang tidak sesuai dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," jelasnya.
Menurut dia, jika mahasiswa menemui orang-orang yang tidak dikenal dan berperilaku mencurigakan di sekitar kampus, maka para mahasiswa untuk segera melapor ke jajaran keamanan kampus karena pihaknya tidak ingin ada kegiatan yang menyimpang di kawasan kampus.
"Di Untag terdapat enam BEM, 23 UKM, dan 16 Himaprodi. Jumlah keseluruhan mahasiswa aktif yang menempuh pendidikan sarjana mencapai 10.112 mahasiswa, namun hingga kini belum ada satupun mahasiswa Untag yang diketahui bergabung dengan Gafatar atau organisasi terlarang lain.
Organisasi yang berbasis agama, ia menambahkan biasanya masuk ke mahasiswa melalui UKM keagamaan. Untuk itu pembinaan akan diperketat dan takmir masjid juga diminta memberi perhatian lebih.
Ketua UKM Kerohanian Islam (KI) Untag Surabaya, Krisdianto menjelaskan, merebaknya Gafatar membuatnya lebih intens untuk membenahi ilmu agama anggotanya dengan selalu menyaring masukan orang lain, apalagi baru dikenal.
"Jika menerima pemahaman baru, kami minta ditelaah terlebih dahulu, apalagi dengan orang atau kelompok yang baru dikenal agar tidak ada pemahaman-pemahaman yang bisa saja disalah artikan," terangnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan jumlah anggotanya mencapai 100 mahasiswa dan hingga kini belum ada pemahaman radikal yang masuk ke UKM KI karena tidak ada pembawaan partai, jadi semua masukan pasti ada kajian mendalam. (*)