Surabaya (Antara Jatim) - Deputi Direktur Bank Indonesia Jatim, Taufik Saleh, mengatakan bahwa ancaman bom yang terjadi di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat (14/1) siang tadi kemungkinan akan mempengaruhi sentimen negatif di pasar modal global.
"Dengan adanya peristiwa ledakan bom di Jakarta tadi siang, bisa saja terjadi sentimen negatif pada pelaku pasar global dan menyebabkan penurunan investor terutama di wilayah Jatim," katanya seusai menghadiri seminar "Understanding The Opportunities for East Java Business With British Business di Hotel Majapahit Surabaya, Kamis.
Ia mengatakan sentimen negatif tersebut dikarenakan adanya kekhawatiran dari para pelaku pasar mengenai kondisi keamanan dalam negeri, sehingga ancaman pengeboman tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pihak aparatur keamanan negara agar bisa menjaga situasi keamanan nasional.
"Sentimen negatif pasar ini bisa saja menurunkan investasi terutama di Jatim karena adanya kekhawatiran dari pelaku pasar mengenai kondisi keamana dalam negeri, sehingga pihak aparatur negara bisa menjaga keamanan nasional, sedangkan untuk kami akan melakukan kestabilan," paparnya.
Menurut dia pihaknya akan melakukan kestabilan nilai tukar rupiah karena teror pengeboman tersebut bisa juga berimbas pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dengan cara selalu berada di pasar dalam segala hal, termasuk dalam kondisi seperti saat ini.
"BI selalu berupaya menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dengan cara selalu berada di pasar, termasuk dalam kondisi seperti sekarang ini yang dinilai banyak pihak akan mempengaruhi nilai tukar rupiah kembali," ujarnya.
Taufik menambahkan jika posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama tiga bulan terakhir cenderung dalam posisi relatif normal, padahal keputusan Amerika Serikat (AS) yang menaikkan suku bunga namun tidak direspons secara berlebihan oleh para pelaku pasar modal.
"Menurut saya, sentimen negatif ini terjadi hanya beberapa hari saja pascateror pengeboman dan berharap pihak aparatur keamanan negara bisa segera mengatasi permasalahan tersebut agar para pelaku pasar modal bisa bernafas lega," tandasnya.
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi pertama Kamis 14 Januari 2016 turun 1,72 persen, atau 77,85 poin di posisi 4.459,32. (*)