Jember (Antara Jatim) - Angka inflasi bulan November 2015 di Kabupaten Jember yang mencapai 0,26 persen melebihi angka inflasi nasional sebesar 0,21 persen dan inflasi di Jawa Timur sebesar 0,6 persen.
"Inflasi Jember secara bulanan memang lebih tinggi dibandingkan nasional dan Jatim, namun jika ditinjau secara tahunan angka inflasi Jember yakni sebesar 4,60 persen, masih relatif lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional (4,77 persen) dan Jatim (4,65 persen)," kata Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember, M. Thamrin, di Jember, Sabtu.
Menurut dia, inflasi didorong oleh kenaikan harga pada ketiga kelompok pembentuknya dengan sumbangan tertinggi berasal dari kelompok komoditas bahan makanan, kemudian diikuti oleh kelompok harga barang yang dikendalikan pemerintah dan kelompok inflasi inti.
"Dari sisi kelompok pengeluaran, inflasi tersebut didorong oleh meningkatnya harga-harga pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, kelompok kesehatan serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan," paparnya.
Sebagian besar kabupaten/kota yang memiliki Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur mengalami inflasi yakni meliputi Kabupaten Sumenep (0,30 persen), Jember (0,26 persen), Madiun (0,21 persen), Malang (0,16 persen), Kediri (0,11 persen), Banyuwangi (0,08 persen), Probolinggo (0,05 persen) dan hanya satu kota yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen yaitu Kota Surabaya.
Sementara itu, tingkat konsumsi masyarakat berada pada level optimis dan relatif sedikit menguat dibandingkan bulan sebelumnya yang dikonfirmasi oleh penjualan eceran yang mengalami ekspansi terbatas.
"Menurut Survei Konsumen Jember, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik 4 poin menjadi 114,0. Hal itu didorong oleh penguatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang naik 8,9 poin menjadi 124,3 akibat naiknya perkiraan ketersediaan lapangan kerja, perkiraan kegiatan usaha, dan naiknya penghasilan konsumen," tuturnya.
Thamrin mengatakan masyarakat cukup optimis, kemungkinan adanya kenaikan omset, minat berwiraswasta dan membaiknya kondisi ekonomi yang menyebabkan ketersediaan lapangan kerja serta ekspektasi positif terhadap insentif atau subsidi pemerintah, perbaikan infrastruktur, serta pembiayaan perbankan yang semakin mudah diakses.
"Terdapat beberapa risiko inflasi yang masih berpotensi terjadi pada Desember 2015, antara lain harga rokok dalam rangka penyesuaian harga bertahap oleh pelaku produsen rokok, meningkatnya tarif listrik dan potensi meningkatnya permintaan masyarakat hingga akhir tahun," katanya.(*)