Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Tim Peneliti 'Engine Control Unit (ECU)' ITS Surabaya Dr Muhammad Nur Yuniarto menilai bahan bakar baru jenis pertalite yang digagas pemerintah itu merupakan jalan tengah untuk rakyat.
"Itu (petralite) jalan tengah untuk rakyat, karena kalau rakyat pakai pertamax itu terlalu mahal, tapi kalau pakai premium itu bisa membuat mesin 'ngelitik' (cepat rusak)," katanya kepada Antara di Surabaya, Selasa.
Menurut Kepala Laboratorium Sistem dan Otomasi Industri, Jurusan Teknik Mesin, ITS Surabaya itu, pertalite itu lebih baik daripada premium, karena pertalite memiliki oktan 90, sedang premium dengan oktan 88.
"Dengan oktan yang lebih tinggi itu, maka efek dari pertalite pada mesin kendaraan akan menjadi lebih baik, sehingga masyarakat akan memiliki pilihan jika premium ditiadakan," katanya.
Namun, katanya, rakyat tetap memerlukan subsidi BBM, karena itu pertalite akan menjadi pilihan bagi rakyat, sebab pertamax itu masih terlalu mahal bagi rakyat, sedangkan rakyat bisa menyesuaikan dengan pertalite.
"Yang penting adalah pemerintah memikirkan sustainability (kesinambungan) bahan baku dari pertalite jika premium nantinya tidak ada lagi. Jangan seperti gas yang tidak sustainability, sehingga kita harus impor," katanya.
Lebih dari itu, kata dosen yang juga koordinator tim peneliti "IQUtech-e" itu, hal terpenting adalah pemerintah juga memikirkan kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat memiliki kemampuan untuk membeli bahan bakar jenis apapun. (*)
Peneliti: Pertalite itu Jalan Tengah untuk Rakyat
Selasa, 15 September 2015 15:51 WIB
Itu (Petralite) jalan tengah untuk rakyat, karena kalau rakyat pakai Pertamax itu terlalu mahal, tapi kalau pakai Premium itu bisa membuat mesin 'ngelitik' (cepat rusak)