Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menginovasikan multiplikasi tunas tanaman pada Nilam atau "pogostemon cablin Benth", sehingga akan menghasilkan minyak atsiri yang biasa dipakai untuk mengikat cairan pewangi atau parfum pada industri parfum, kosmetik, dan farmasi.
"Tanaman Nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang disebut minyak nilam, sehingga minyak nilm banyak dipakai sebagai fiksatif atau zat pengikat pada indistri parfum, kosmetik, dan farmasi," kata Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Teknobiologi Ubaya, Silvia Monica Sahertian yang dituangkan dalam penelitian tugas akhirnya, Kamis di Gedung International Village, Ubaya.
Ia mengatakan, tanaman nilam yang dikenal sebagai minyak patchouli atau dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun) memiliki sifat yang menguntungkan yaitu aroma minyak nilam dikenal berat, awet dan kuat, tidak mudah menguap jika dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya dan dapat dicampur dengan mudah dengan minyak atsiri lainnya.
"Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri parfum. Bahkan, dalam perdagangan internasional, sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak dari tanaman nilam, termasuk lebih dari separuh parfum untuk pria, selain itu minyak ini juga digunakan sebagai pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, dan pewangi ruangan," jelasnya.
Menurut dia, dalam inovasi multiplikasi tanaman nilam, ia harus menentukan teknik sterilisasi yang tepat untuk eksplan nodus nilam, kemudian menentukan media yang cocok untuk pengembangbiakan tunas nilam yang menggunakan "Benzil Amino Purine" (BAP) dan Kinetin sebagai zat pengatur tumbuhan pada media Murashige Skoog (MS).
"Multiplikasi tunas nilam di invitro atau pada botol menggunakan media MS dengan penambahan BAP sebesar 0,5 ppm yang menghasilkan rata-rata 20 tunas per eksplan nodus dengan tinggi 3,2 cm pada masa atau kultur 8 minggu, sehingga ekstraksi minyak atsiri dari daun yang berumur 3 minggu akan dilakukan menggunakan metode destilasi uap dan air," paparnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, penelitian yang dilakukannya membutuhkan waktu selama setahun untuk bisa mengetahui dan menghasilkan minyak nilam yang bernilai bagus yang memiliki kadar minyak 2 hingga 2,5 persen dan patchouli alkohol (PA) lebih dari 30 persen, karena jika penggunaan berlebihan maka akan menyebabkan pembengkakan pada tunas dan akan gagal.
"Penelitian ini membutuhkan waktu selama satu tahun karena selain menunggu masa pertumbuhan tunas nilam, juga disebabkan kesulitan mencari tunas nilam dengan jumlah kecil, kebanyakan para petani melayani pembelian dengan jumlah minimal seribu, namun kemudian saya mendapat bantuan tunas nilam dari teman di Bogor," jelasnya.
Ia menmabahkan, ada beberapa batasan yang menghambat budidaya nilam di Indonesia yaitu pengembangbiakan tanaman nilam secara konvensional dan serangan hama penyakit pada tanaman, namun peneliti harus segera dapat mengatasinya dengan melakukan kultur jaringan tanaman pada nilam yang memerlukan eksplan yang steril. (*)