Surabaya (Antara Jatim) - Semangat dan perjuangan fisik dari para pendiri Republik Indonesia selama tiga abad lebih telah mempersembahkan kemerdekaan untuk negeri tercinta pada 1945.
Kendati berbeda semangat, namun mahasiswa ITS memiliki kado istimewa untuk negeri tercinta pada usia kemerdekaan yang ke-70 yakni kerja keras guna mengangkat nama Nusantara di pentas dunia.
Tidak tanggung-tanggung, kado istimewa itu ada dua mobil dari karya mahasiswa ITS sendiri yakni mobil listrik bertenaga surya "Widya Wahana V" (WW-V) dan mobil balap "Sapu Angin Speed III" (SAS-III).
Mobil WW yang akan berlaga di Australia itu diluncurkan di Gedung Kemristekdikti, Jakarta tepat pada 17 Agustus 2015, sedangkan mobil SAS-III yang akan berlaga di Jepang itu diluncurkan di Surabaya pada 16 Agustus 2015.
"Karya anak ITS ini menarik, semoga juara, dan semoga hubungan persahabatan Indonesia-Jepang akan semakin erat," kata Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, Yoshiharu Kato.
Diplomat Jepang itu mengemukakan hal itusaat meluncurkan mobil SAS-III itu bersama Rektor ITS Surabaya Prof Joni Hermana di area parkir barat Lenmarc Mall Surabaya, 16 Agustus 2015.
Apresiasi yang sama juga dikemukakan Rektor ITS Prof Joni Hermana yang sempat mencoba naik ke mobil yang akan berlaga dalam 'Student Formula Japan 2015' di Ogasayama Sport Park. Shizuoka, Jepang pada 1-5 September 2015.
"Saya mengapresiasi mahasiswa yang merancang, membuat, menguji, dan akhirnya mengikutkan mobil Sapu Angin Speed dalam lomba di Jepang," katanya.
Menurut dia, peran rektor, dosen pembimbing, dan para pemberi sponsor hanya sebatas memotivasi, sedangkan mobil "Sapu Angin Speed III" tidak akan pernah ada bila tidak ada kemauan dan kerja keras dari tim yang berjumlah 20 orang.
"Jadi, mahasiswa lebih patut diacungi jempol dengan karya ini, sedangkan kami tidak banyak berperan. Kalau juara, saya hanya terima piala, tapi kebanggaan itu milik mahasiswa," katanya, disambut applaus mahasiswa yang menyaksikan peluncuran itu.
Apalagi, katanya, ITS selama ini dikenal masyarakat memiliki keunggulan dalam robotika dan otomotif yang banyak mempersembahkan piala dalam berbagai kejuaraan.
"Sama dengan Widya Wahana, SAS juga luar biasa. Pesan saya, lakukan kaderisasi terstruktur dengan berbagi ilmu dan pengalaman kepada adik-adik mahasiswa agar tim SAS memiliki regenerasi yang mapan untuk kejuaraan selanjutnya," katanya.
Pandangan senada juga disampaikan dosen pembimbing Ir Witantyo MSc. "SAS memang dirancang mahasiswa kami sejak Maret hingga Agustus dan sudah beberapa kali menjalani ujicoba. Mereka juga cari sponsor sendiri untuk bisa berangkat ke Jepang," katanya.
Apalagi, biaya yang diperlukan untuk semuanya mencapai Rp600 juta hingga Rp800 juta. "Itu karena pengiriman mobil SAS III pada 25 Agustus mendatang membutuhkan biaya Rp150 juta, bahkan biaya pengiriman bussiness plan SAS III ke Jepang itu Rp3 juta," katanya.
Sementara itu, Manajer Umum Tim SAS III/2015 Rizaldy Hakim Ash-Shiddieqy menegaskan bahwa ITS sudah tiga kali mengikuti ajang mobil formula untuk pelajar berskala internasional di Jepang, bahkan tahun ini ada dua universitas dari Indonesia yakni ITS dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
"Dari pengalaman dua kali mengikuti kompetisi itu, insya-Allah, tim ITS bisa masuk '15 besar' dari 90-an tim yang berasal dari 8-9 negara, di antaranya Jepang, Tiongkok, Austria, Korea, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Malaysia," kata mahasiswa Teknik Mesin ITS (2009) itu.
Dilepas Menristek
Setelah SAS-III diluncurkan, maka mobil listrik bertenaga surya, Widya Wahana V, ciptaan Mahasiswa ITS Surabaya melakukan "test drive" dengan "Tour de Java-Bali" dari Gedung Kemristek Jakarta (17/8) yang dilepas oleh Menristek M Nasir.
"Dari Jakarta menuju Semarang diterima dan kemudian dilepas oleh Gubernur Ganjar Pranowo. Dilanjutkan ke Surabaya diterima dab kemudian dilepas Wali Kota Tri Rismaharini dan Gubernur Jatim Soekarwo," kata Humas "Solar Car Racing Team ITS" Dian Aprilia.
Dari Surabaya, tim meluncur ke Banyuwangi untuk diterima Bupati Abdullah Azwar Anas dan dilepas ke Bali hingga finish di GWK Bali dengan diterima Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada 19 Agustus 2015.
"Mobil Widya Wahana V yang akan mengikuti lomba World Solar Challenge 2015 (WSC 2015) di Australia, 17-25 Oktober, merupakan mobil listrik yang hemat energi dan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan emisi gas buang sama sekali," katanya.
World Solar Challenge merupakan perlombaan mobil surya tingkat internasional, yaitu perjalanan sejauh 3.000 km dari Darwin (Australia Utara) hingga Adelaide (Australia Selatan).
Menurut manajer 'Solar Car Racing Team ITS', Aufar Nugraha, pengalaman dalam ajang yang sama pada tahun 2013 memberi pelajaran berharga pada tim ITS yang pertama kali mengikuti ajang dua tahunan itu.
"Dari pengalaman pertama kali itu, mobil surya kami yang hanya mampu menempuh 748 kilometer dari 3.000 kilometer yang menjadi jarak lomba sesuai peraturan, maka kami kini melakukan evaluasi," katanya.
Selain itu, katanya, pengalaman pertama itu juga membuat tim ITS sebagai satu-satunya wakil Indonesia dalam ajang mobil surya itu menjadi tahu kelebihan dan kelemahan tim yang berlomba dalam ajang itu.
"Karena itu, kami melakukan persiapan serius untuk WSC-2015, bahkan 19 anggota tim yang terlibat membuat TA (tugas akhir) terkait semua komponen dalam WW-V itu, seperti motor, 'micro controller', 'body', dan sebagainya," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya optimistis akan mampu menjadi juara dalam kompetisi, meski pihaknya melihat tim dari Jepang dan Belanda sebagai pesaing yang tidak bisa dianggap ringan.
"Untuk mencapai finish diperlukan kecepatan kurang lebih 100 km per jam dalam jarak 3.000 kilometer, tapi WW-V sudah mampu mencapai kecepatan 150 km per jam. Insya-Allah, WW-V akan bisa menyelesaikan jarak lomba itu," katanya.
Tantangan dari WSC 2015 adalah bagaimana me-"manage" tenaga surya pada mobil agar dapat menyelesaikan perjalanan dalam jangka waktu maksimal enam hari dengan jam race (jalannya mobil) yang di tentukan, yaitu hanya sembilan jam (08.00-17.00 waktu setempat) per hari.
Tantangan lain adalah suhu Australia yang cukup ekstrem, yaitu berkisar antara 20-30 derajat celcius; tempat pemberhentian (pit stop) yang tidak menentu; keadaan jalanan yang penuh dengan "road train"; dan sebagainya.
"Kami akan menjadikan kompetisi di Australia sebagai ajang pembuktian bahwa mahasiswa ITS mampu bersaing dengan tim-tim dari beberapa perguruan tinggi di dunia seperti Tokai University, Michigan University, Stamford University, MIT, Cambridge University," katanya.
Tentu, pembuktian mahasiswa ITS di Jepang dan Australia itu akan menjadi bonus untuk HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI, karena mobil listrik bertenaga surya "Widya Wahana" dan mobil balap "Sapu Angin Speed" yang diluncurkan pada 16-17 Agustus 2015 itu sendiri sudah merupakan kado istimewa.
"Yang penting, ITS sudah menguasai teknologi mobil surya dan mobil listrik, sehingga pada saatnya mobil semacam itu menjadi trend dunia, maka bangsa kita tidak akan ketinggalan," kata Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS, Bambang Pramujati. (*)