Dubes Minta WNI di Australia Tidak Terpancing
Minggu, 15 Februari 2015 23:22 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Duta Besar RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema meminta warga negara Indonesia (WNI) di negara Kanguru untuk tidak terpancing dengan eksekusi mati terhadap dua warga Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chen.
"Diaspora Indonesia harus menjadi tamu yang baik dan tetap meningkatkan harmonisme di antara dua negara," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Surabaya, Minggu.
Di sela penampilan Indonesia di panggung National Multicultural Festival Canberra 2015 di Canberra Civic Centre (14/2), ia menjelaskan hubungan antara Australia dengan Indonesia dalam hari-hari ini bukanlah merupakan ketegangan, melainkan lebih sebagai dinamika sosial.
"Karena itu, meskipun WNI yang berada di Australia harus waspada, namun tetap menjalankan aktivitasnya dengan rileks," kata Nadjib yang juga menyampaikan imbauan senada lewat laman/situs KBRI di ibu kota Australia.
Menurut dia, apa yang disampaikan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop untuk memberikan pilihan bebas bagi setiap warganya untuk berkunjung ataupun tidak ke Indonesia, sebagai hal yang wajar.
Nadjib pun tetap optimistis bahwa masyarakat Australia cukup cerdas dalam merespons pernyataan Julie Bishop.
"Selama warga Australia yang berkunjung ke Indonesia menaati aturan yang berlaku di Indonesia, maka mereka pun akan tetap melihat Indonesia sebagai negara yang aman dan bagus untuk dikunjungi," katanya.
Ia menambahkan apa yang dilakukan para WNI dalam kegiatan tahunan National Multicultural Festival Canberra dengan menampilkan tarian Yapong (Betawi), Angklung, Kuda Lumping dan berbagai atraksi budaya Nusantara lainnya menjadi bukti bahwa kerja sama di antara masyarakat Indonesia dengan Australia tetap berjalan baik.
Selain itu, hal tersebut menunjukkan kolaborasi yang apik antara KBRI dengan masyarakat Diaspora Indonesia yang tinggal di Canberra.
"Hal positif yang bisa diambil melalui keterlibatan WNI dalam penyelenggaraan festival ini adalah bagaimana kita bisa saling belajar satu sama lain dengan masyarakat internasional yang tinggal di Australia tentang kehidupan yang harmonis dan saling menghargai," katanya.
Di Australia yang menjadi tempat seluruh budaya dari seluruh dunia bertemu, terbukti keharmonisan dapat tercipta.
"Sama seperti Australia, Indonesia sebagai multicultural society selalu memberikan peluang mengharmoniskan perbedaan yang hidup di masyarakat," katanya.
Sementara itu, Perempuan Indonesia di Canberra bersepakat untuk meminta Presiden Joko Widodo untuk segera mengakhiri ketidakpastian situasi politik setelah krisis berkepanjangan KPK vs Polri.
"Cukup sudah, Pak. Tepati janji Pak Presiden untuk memberantas korupsi di Indonesia sesuai janji. Hentikan pelemahan dan kriminalisasi KPK," tegas aktivis pembela hak asasi manusia, Sri Lestari Wahyoeningrum. (*)