Perlambatan Ekonomi Indonesia Pengaruhi Kinerja Bank Danamon
Kamis, 29 Januari 2015 18:36 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 ikut mempengaruhi kinerja Bank Danamon mengingat perekonomian global terdampak berbagai faktor seperti fluktuasinya harga minyak dan harga komoditas lainnya yang kian menurun.
"Kemudian pada tahun 2014 juga terjadi penaikan harga BBM dan kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7,75 persen," kata Direktur Utama Bank Danamon, Henry Ho, di Surabaya, Kamis.
Kondisi tersebut, kata dia, secara umum langsung berdampak pada industri perbankan yang mengalami perlambatan pertumbuhan kredit. Bahkan adanya kenaikan suku bunga sehingga memberikan tantangan bagi industri perbankan dalam meneruskan tingkat profitabilitas pada level yang memuaskan.
"Dengan latar belakang itulah kami memperkuat landasan untuk mencapai pertumbuhan pada masa mendatang. Tentunya dengan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga yang sehat dan permodalan yang cukup," katanya.
Pada tahun 2014, jelas dia, kredit usaha mikro Danamon melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) berada pada posisi Rp19 triliun. Sementara itu, jumlah kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) mencapai Rp20 triliun pada akhir tahun 2014.
"Secara total, kredit kami untuk segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) berkontribusi sebesar 28 persen dari seluruh kredit yang ada," katanya.
Kalau kredit untuk segmen komersial, tambah dia, kinerjanya mencapai Rp15 triliun pada akhir tahun 2014. Berikutnya kredit untuk segmen korporasi mencapai Rp17,5 triliun. Khusus pembiayaan perdagangan atau trade finance-nya membukukan pertumbuhan sebesar 26 persen pada Desember 2014 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp24,8 triliun.
"Lalu pada akhir Desember 2014, kredit otomotif melalui Adira Finance mencapai Rp49,6 triliun," katanya.
Angka itu, sebut dia, mengalami pertumbuhan sebesar tiga persen dibandingkan pada akhir Desember 2013. Kondisi tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan dan kompetisi yang lebih ketat pada industri pembiayaan kendaraan.
"Mengenai performa rasio kredit bermasalah (Gross Non-Performing Loans/NPL), tahun 2014 di posisi yang terjaga yakni 2,3 persen. Sementara rasio biaya kredit berada pada posisi 2,8 persen pada akhir tahun 2014," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pada tanggal 31 Desember 2014 pencapaian rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau regulatory loan to deposit ratio (LDR) terealisasi 92,6 persen. Kinerja itu mengalami perbaikan dibandingkan 95,1 persen pada akhir Desember 2013.(*)