Nganjuk (Antara Jatim) - Petani di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, mengembangkan bawang merah varietas unggul yang diklaim lebih baik dari varietas lainnya di antaranya mampu menghasilkan produksi lebih besar yang diberi nama "Tajuk", tanaman jawa dari Nganjuk. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Agoes Soebagijo, Rabu mengatakan produk yang dikembangkan itu masih dalam tahap uji coba dan varietas baru yang dilakukan dua kelompok tani di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. "Ini masih baru dan masih uji coba. Setelah kami cek di lapangan, ternyata hasilnya signifikan dan bisa memberikan nilai tambah dan untuk selanjutnya bisa dikembangkan," katanya. Ia mengatakan, kelompok tani yang melakukan uji coba bawang merah varietas baru itu adalah kelompok tani di Desa Sukorejo serta Desa Mojoduwur, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Masing-masing kelompok tani melakukan uji coba pada lahan seluas 1.000 meter persegi. Ketua Gapoktan Luru Luhur Desa Sukorejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Akat, mengatakan varietas itu diberi nama "Tajuk" tanaman jawa dari Nganjuk. Varietas itu merupakan hasil persilangan dari beberapa varietas bawang merah lokal. "Kami sudah lakukan uji coba, dan ternyata produksinya lebih baik dengan tajuk ini," katanya di Nganjuk. Pihaknya melakukan uji coba pengembangan produk itu di lahan seluas 1.000 meter persegi. Dari luas lahan tersebut, mampu menghasilkan bawang merah sebesar 12 kuintal per 1.000 meter persegi, lebih banyak dari produksi bawang merah jenis lainnya yang hanya sekitar 9 kuintal per 1.000 meter persegi. Ia mengatakan, varietas tajuk itu menjadi andalan karena produksi yang lebih baik daripada varietas lainnya, masa simpan bawang merah itu juga cukup lama. Jika varietas lain, hanya sekitar dua bulan, tapi tajuk mampu sampai tujuh bulan. Hal itu, kata dia, juga dipengaruhi masa tanam yang relatif lebih lama dari jenis lainnya, dimana masa tanamnya sampai 52 hari, padahal jenis lainnya hanya sekitar 42-43 hari sudah dipanen. "Kelebihan lainnya, bentuk bawangnya bulat, sehngga banyak disukai. Dari sisi warna, kekerasan serta aroma juga disenangi. Selain itu, dengan penyakit juga lebih toleran," katanya. Menurut dia, dalam uji coba ini juga dilakukan di luar musim. Biasanya, para petani baru melakukan tanam pada kemarau, tapi dalam uji coba ini dilakukan saat penghujan, tepatnya dimulai pada Desember 2014. Dalam melakukan uji coba, pola tanam diubah, mengingat cuaca yang sering hujan, dengan mengatur pola tanam dengan menyiasati jarak tanam serta ketinggian permukaan. Hal itu dilakukan, agar air tidak menggenang. Ia juga mengatakan, saat masa tanam, sengaja memasang solar cell di sekitar ladang. Hal itu dilakukan, guna menarik serangga, sehingga mampu menekan penggunaan pestisida. Ia mengklaim, dengan penggunaan itu, mampu menekan sampai 80 persen. "Kami hanya gunakan fungisida untuk pengendali jamur dan bisa menekan penggunaan pestisida sampai 80 persen," ujarnya. Pihaknya mengaku puas dengan hasil produksi pengembangan varietas baru ini. Ke depan, ia dengan para petani lainnya berencana mengembangkan benih ini, namun sampai saat ini masih terkendala dengan seritifikasi. Ia berharap, pemerintah bersedia menjadi mediator dan memudahkan untuk rencana sertifikasi bibit bawang merah varietas baru ini. Dengan itu, diharapkan, bibit tersebut bisa lebih dikembangkan. (*)
Petani Nganjuk Kembangkan Bawang Merah Varietas "Tajuk"
Rabu, 21 Januari 2015 18:49 WIB