Nelayan Trenggalek Lepas Ribuan Tukik Konservasi
Kamis, 11 September 2014 19:45 WIB
Trenggalek (Antara Jatim) - Puluhan nelayan dan warga di sekitar pesisir Pantai Taman Kili-kili, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Kamis melepas ribuan tukik atau anak penyu hasil konservasi selama 80 hari ke habitat alaminya di laut.
"Tadi kami lepas semua karena umurnya sudah cukup dan siap dilepas ke laut," kata Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Konservasi Penyu Taman Kili-kili, Kecamatan Panggul, Ari Gunawan.
Ia tidak menyebut jumlah rinci tukik yang dilepas. Ari hanya mengatakan, dari sekitar 3.000 butir telur penyu yang ditemukan di sekitar bibir pantai, 80 persen berhasil ditetaskan di tempat penangkaran khusus milik pokmaswas setempat.
"Telurnya kami ambil dari sekitar pantai daerah sini selama periode Februari-Agustus. Pada bulan-bulan itu, penyu biasanya naik ke daratan dan bertelur di pantai," paparnya.
Selain dihadiri masyarakat sekitar, prosesi pelepasan ribuan ekor tukik penyu dilindungi itu juga disaksikan sejumlah pejabat dan pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim maupun lingkup Pemkab Trenggalek, serta perwakilan mahasiswa Universitas Brawijaya.
Mereka secara bersama-sama melepaskan tukik-tukik penyu tersebut ke bibir pantai dan membiarkannya berenang ke laut.
"Kami sudah melakukannya sejak 2011. Hasilnya cukup menggembirakan, jumlah telur penyu yang bisa kami selamatkan dan berhasil ditetaskan terus meningkat dari tahun ke tahun," ungkap Ari.
Pada 2011, saat program konservasi secara mandiri pertama kali dilakukan sejumlah nelayan dan masyarakat pesisir Desa Wonocoyo yang tergabung dalam pokmaswas, jumlah tukik yang bisa tangkarkan baru sekitar 500 ekor.
Namun dua tahun berturut berikutnya, kata Ari, jumlah telor penyu yang berhasil ditetaskan semakin banyak seiring peningkatan kemampuan mereka dalam ilmu penangkaran.
"Cara mengambil telur dari daerah pantai lalu menaruhnya di penangkaran tidak boleh keliru. Jika tidak, telur tidak akan menetas," jelasnya.
Ari menceritakan, usaha untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak lagi memburu penyu maupun telur penyu sejak 2010 sangatlah sulit.
Hal itu dikarenakan tradisi warga setempat yang terbiasa mengkonsumsi daging penyu untuk lauk makanan. "Sangat sulit, tapi sekarang sudah jauh lebih baik. Hampir tidak ada lagi perburuan seperti dulu berkat kesadaran masyarakat," ujarnya.
Ada tiga jenis penyu langka yang berkembang biak di sekitar pesisir pantai Kecamatan Panggul, antara lain jenis penyu hijau (chelonia mydas), penyu sisik (eretmochelys imbricata), dan penyu abu atau penyu lekang (lepidochelys olivacea).
Menurut keterangan, Ari Gunawan, di daerah ini pada 2010 sempat ditemukan penyu langka jenis belimbing (dermochelys coriacea) yang besarnya mencapai ukuran bak mobil pikap. Namun biota sejenis tidak pernah lagi ditemukan para nelayan sekitar. (*)