Wabup Sumenep Minta Telkom Lacak Pelaku Teror
Kamis, 3 April 2014 16:03 WIB
Sumenep (Antara Jatim) - Wakil Bupati Sumenep, Jawa Timur, Soengkono Sidik, meminta PT Telekomunikasi setempat melacak pelaku teror melalui sambungan telepon kepada dirinya.
"Kami meminta PT Telekomunikasi untuk melacak pelaku teror itu, karena saat melakukan aksinya, pelaku menghubungi nomor telepon kantor," kata Soengkono Sidik di Sumenep, Kamis.
Jika nomor telepon pelaku teror itu terlacak, Wabup mengatakan nantinya akan melaporkan hal itu ke polisi, karena tindakan itu jelas meresahkan.
Wabup Soengkono Siddik menjadi sasaran telepon gelap dari oknum tidak bertanggung jawab pada Selasa (1/4) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu ia berada di ruang kerjanya. Tiba-tiba telepon di ruang kerjanya berdering.
"Suara dari telepon itu perempuan, dan mengabarkan kalau anak saya yang duduk di kelas VII-N di SMP Negeri 1 Sumenep, dibawa ke UGD Rumah Sakit Sumenep, akibat jatuh di sekolahnya dan mengalami perdarahan di kepala," terang Soengkono.
Setelah mendapat Informasi tersebut, Wabup selanjutnya bersama stafnya langsung menuju UGD RSD Sumenep.
"Saya panik ketika menerima telepon itu. Makanya langsung ke UGD Sumenep, yang kebetulan berada di depan sana," terang Soengkono.
Akan tetapi, sambung dia, ternyata tenaga medis di rumah sakit itu justru tidak mengetahui, bahkan bingung saat ditanya mengenai anaknya.
Karena penarasan, Wabup selanjutnya menghubungi Kepala SMP Negeri I Sumenep, namun gagal karena yang bersangkutan sedang mengikuti rapat persiapan ujian nasional di Surabaya.
Bersama keluarganya, Wabup selanjutnya menuju SMP Negeri I Sumenep itu, dan anaknya diketahui sedang mengerjakan ujian tengah semester (UTS) di kelasnya.
"Kami tidak ingin hal semacam ini terulang, bukan hanya pada kami, akan tetapi masyarakat dan para orangtua di Sumenep. Makanya kami meminta pihak Telkom untuk melacak nomor pelaku penelpon gelap itu, untuk kami laporkan ke polisi," katanya.
Wabup juga menghimbau kepada masyarakat Sumenep, agar tidak langsung percaya terhadap kabar melalui telepon, yang disampaikan oleh oknum tidak bertanggungjawab.
"Kalau mendapat kabar tidak baik, apalagi menyangkut keberadaan anak. Lebih baik dikroscek terlebih dahulu kesekolahnya atau wali kelasnya. Jangan percaya begitu saja. Karena diduga ini modus baru penipuan," tegasnya.
Aksi teror dengan modus anak mengalami kecelakaan ini, sebelumnya juga pernah menimpa salah satu keluarga di Pamekasan yang mengabarkan bahwa anaknya yang kuliah di Surabaya tertangkap polisi terjaring razia narkoba dan penelpon meminta keluarganya kiriman uang sebesar Rp5 juta untuk menebus anak itu.
"Keluarganya waktu itu panik. Untuk saya berhasil melacak, ternyata anaknya tidak apa-apa bahkan sedang istirahat di kosnya di Surabaya," kata Muhsin, salah seorang keluarga korban yang pernah mendapatkan teror melalui jaringan telepon itu. (*)