Dishutbun Bojonegoro Tetap Sosialisasikan Pengembangan Tebu
Sabtu, 28 September 2013 10:10 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro, Jatim, tetap melakukan sosialisasi kepada para petani lahan tadah hujan untuk menanam tebu sebagai usaha mengejar target seluas 2.350 hektare musim tanam 2013/2014.
"Sosialisasi pengembangan tanaman tebu tetap kita lakukan di berbagai kesempatan, meskipun mengajak petani agar bersedia menanam tebu sulit," kata Kepala Dishutbun Bojonegoro Akhmad Djupari, Sabtu.
Ia menjelaskan mengajak para petani lebih memilih menanam tembakau dibandingkan dengan menanam tebu yang disebabkan keterbatasan kemampuan petani dalam budi daya tanaman tebu.
"Menanam tebu membutuhkan penanganan yang serius sejak awal tanam sampai usia delapan bulan termasuk jumlah tenaga kerjanya lebih banyak dibandingkan dengan menanam tembakau," katanya.
Oleh karena itu, katanya, target tanaman tebu seluas 2.350 hektare masih belum tercapai, sebab pengembangan tanaman tebu yang dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada para petani hanya mampu menambah sekitar 300 hektare per September.
"Kita tidak mungkin bisa memaksa petani untuk menanam tebu,seperti di jaman Orde Baru," ujarnya.
Ia menyebutkan areal tanaman tebu tertanam seluas 1.670 hektare yang tersebar di 20 kecamatan merupakan kerja sama dengan Pabrik Gula (PG) Jombang Baru Jombang, PG Lestari Kertosono, PG Purwodadi Magetan, PG Sundono Nganjuk, dan PG Rejoagung Madiun.
"Kerja samanya ada yang petani memperoleh bantuan dana dengan tanggung jawab petani harus menyetorkan tanaman tebunya ke pabrik gula yang memberikan bantuan," jelasnya.
Mengenai tanaman tebu yang sudah tertanam, menurut dia, semuanya sudah panen, bahkan panen saat ini panen hanya tinggal tersisa sekitar 30 persen dari areal seluas 1.670 hektare.
Lebih lanjut ia menjelaskan para petani tebu di daerahnya bisa memperoleh keuntungan, sebab rendemen tanaman tebu mendekati akhir panen meningkat rata-rata berkisar 8,5-8,9 persen yang sebelumnya hanya sekitar 7,5 hektare yang disebabkan terganggu hujan.
"Harga gula juga cukup bagus berkisar Rp9.000-Rp9.250/kilogram," jelasnya. (*)