China Tegaskan Penentangannya pada Sanksi AS
Jumat, 2 Agustus 2013 22:16 WIB
Beijing (Antara/Reuters) - China, mitra dagang terbesar dan pemakai minyak penting Iran, Jumat menegaskan kembali penentangannya pada sanksi-sanksi lebih keras Amerika Serikat terhadap Iran setelah DPR AS menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang bertujuan menghentikan ekspor minyak Iran.
RUU itu berusaha menghentikan ekspor minyak satu juta barel per hari sampai nihil dalam satu tahun, satu usaha untuk memotong arus dana bagi program nuklir Teheran yang disengketakan.
RUU itu menetapkan hukuman berat bagi para pembeli yang tidak mengusahakan pasokan alternatif lain.
"China sejak lama mendukung penyelesaian konflik itu melalui dialog dan perundingan-perundingan dan menentang sanksi-sanksi sepihak dari satu negara berdasarkan undang-undang domestiknya," kata Kementerian Luar Negeri dalam satu pernyataan yang dikirim melalui faksimil ke Reuters.
"Khususnya, pihaknya menentang sanksi-sanksi yang akan mengganggu kepentingan satu pihak ketiga," tambahnya, tanpa menyeleskan lebih jauh.
Keberhasilan dari setiap peningkatan sanksi akan tergantung pada China, pemakai penting Iran, yang berulangkali mengatakan pihaknya menentang sanksi-sanksi sepihak di luar keputusan PBB.
China mengurangi pembelian minyak dari Iran 21 persen tahun lalu, tetapi itu sebagian karena perbedaan dalam triwulan pertama dan ketentuan dalam perpanjangan kontrak tahunan dan pengiriman yang tertunda.
Para pejabat industri minyak China telah mengatakan kilang-kilang akan mengurangi pengiriman 5-10 persen tahun ini dari tahun lalu. Mereka mengurangi impor dua persen dalam enam bulan pertama tahun ini.
China tetap mendukung penyelesaian sengketa itu menyangkut program nuklir Iran melalui peruundingan dan menentang apa yang disebut sanksi-sanksi sepihak yang deberlakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa di luar struktur PBB. (*)