Mojokerto - (Antara Jatim) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mendorong pabrik-pabrik gula untuk melakukan diversifikasi produk dengan menghasilkan produk turunan tebu dalam upaya meningkatkan daya saing usaha. Ditemui wartawan di sela-sela mengunjungi Pabrik Gula (PG) Gempolkrep di Mojokerto, Jatim, Sabtu, Dahlan berharap PG tidak hanya menghasilkan gula, tapi juga produk turunan tebu lainnya, seperti bioetanol, listrik, dan biokompos. "Dengan sendirinya ke depan PG-PG harus bisa diversifikasi agar daya saingnya lebih meningkat," katanya. Pabrik Gula Gempolkrep yang dikelola PT Perkebunan Nusantara X (Persero) merupakan salah satu PG terintegrasi dengan pabrik bioetanol yang saat ini sedang dalam proses penyelesaian pembangunan. Dahlan mengapresiasi langkah yang dilakukan PTPN X, namun tidak setiap PG harus membangun pabrik bioetanol atau mempunyai program produksi listrik maupun produk turunan tebu lainnya . "Kalau PG-PG kecil harus melakukannya secara bersama-sama, karena limbah tetes tebunya tidak cukup untuk produksi bioetanol," katanya. Untuk PG-PG skala kecil, Dahlan Iskan mengatakan perlunya dilakukan pemetaan dari masing-masing perannya, untuk ditetapkan PG mana sebagai pemasok tetes tebu dan PG yang akan mengolahnya menjadi bioetanol. Direktur Utama PTPN X Subiyono mengemukakan pihaknya terus mendorong upaya diversifikasi dengan tidak hanya fokus produksi gula, tetapi sudah melirik produk turunan tebu lainnya, seperti program "co-generation" yang mengolah ampas tebu menjadi listrik dan produksi bioetanol. Pabrik bioetanol yang berdiri di atas lahan seluas 6,5 hektare di lingkungan PG Gempolkrep itu, berkapasitas produksi 30 juta liter bioetanol per tahun dan direncanakan mulai berproduksi akhir 2013. Biaya investasi pabrik bioetanol tersebut Rp461,21 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas dana internal perusahaan Rp311,21 miliar dan hibah dari NEDO Jepang Rp150 miliar. "Industri ini sudah seharusnya 'beyond sugar' dan benar-benar bertransformasi menjadi industri berbasis tebu yang terintegrasi dari hulu ke hilir," katanya. Menurut Subiyono, diversifikasi belum menjadi perhatian serius industri gula di Indonesia, kendati puluhan tahun silam hal itu pernah dilakukan sejumlah pabrik gula. "Pada sekitar tahun 1950-an pernah ada pabrik lilin dari 'blotong' (limbah tebu, red.) yang mampu ekspor ke berbagai negara, tapi kini bangkrut. Begitu juga saat tahun 1960-an pernah ada sejumlah pabrik alkohol dan spiritus di beberapa PG di Indonesia, namun kini merana," katanya. Ia mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 45 industri di Indonesia yang memanfaatkan turunan tebu untuk menghasilkan 14 jenis produk, tetapi mayoritas dimiliki perusahaan yang sama sekali tidak bergerak di bisnis pengolahan tebu. (*)
Menteri BUMN Dorong Pabrik Gula Diversifikasi Produk
Sabtu, 8 Juni 2013 22:57 WIB