Pancasila, yang mulai dilupakan sebagian orang, masih memberikan kebanggaan bagi Bangsa Indonesia melalui penghargaan yang diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai pemersatu kerukunan umat beragama di Indonesia. Penghargaan yang diberikan oleh salah satu lembaga di Amerika serikat tersebut, memang sempat memicu sikap pro dan kontra, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun terlepas dari sikap kontroversial tersebut, setidaknya heterogenitas beragama di Indonesia telah mendapat pengakuan dunia internasional. Hidup berbangsa dan bernegara dengan beragam agama yang sah dan dianut oleh masing-masing jutaan orang, memang tidak gampang apabila kita tidak memiliki perisai kuat seperti Pancasila. Bahwa ada letupan-letupan kecil macam pengrusakan masjid dan gangguan terhadap jemaah Ahmadiyah serta penutupan akses ke gereja oleh warga, dianggap oleh penguasa sebagai kembang demokrasi. Begitu banyaknya orang lupa pada Pancasila, hampir semua pelaku politik di negeri ini, baik sadar maupun tidak, turut mencederai dasar negara kita itu. Tidak terkecuali parpaol yang mengaku sebagai partai dakwah, turut menggerogoti uang negara dan itu jelas-jelas menyimpang dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Masih banyak lagi contoh tentang pengkhianatan terhadap lambing filosofi bangsa itu. Sejak reformasi, Pancasila memang terus diuji dan diuji. Ujian itu tyermasuk sebagian orang yang sudah mulai melupakannya. Sebagai bangsa yang masih memerlukan pedoman dalam menjalankan kehidupan bernegara, Pancasila sebaiknya tidak dibiarkan tak teruruts begitu saja, tetapi lebih diberdayakan melalui sosialisasi pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tak apa kita mundur selangkah, demi mencapai tujuan yang lebih baik. Pancasila juga telah membuktikan, meski berulang kali dikhianati dan terakhir dirongrong oleh Partai Komunis Indonesia melalui aksi makar Gerakan 30 September 1965. Maka keesokan harinya dinyatakan sebagai hari Kesaktian Pancasila karena Pancasila terbukti tidak bisa ditumbangkan dan tetap berdiri tegak. Maka, pada setiap kelahirannya pada 1 Juni, perlu ada perenungan yang ditindaklanjuti dengan mengimplementasikan kelima sila sakral tersebut. Pancasila memang bukan kitab suci. Tetapi negeri ini sangat membutuhkannya sebagai salah satu perekat masyarakat yang plural. Agar kita tidak lagi dihadapkan pemandangan berbagai kerusuhan Pilkada, misalnya, apalagi tahun depan kita memiliki perhelatan besar, Pemilu 2014.
Pancasila Masih Relevan Sebagai Fundamental Bangsa
Senin, 3 Juni 2013 8:32 WIB