Surabaya, (Antara Jatim) - Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Marciano H Herman berharap masyarakat tidak terjebak pada tawaran investasi bodong yang menawarkan keuntungan tidak logis dengan mengenali lembaga yang menawarkan jasa investasi tersebut secara detail. "Kenali dulu legalitas lembaga yang menawarkan itu. Apakah lembaga itu sudah memiliki izin dari badan pengawas pasar modal (Bapepam) atau otoritas jasa keuangan (OJK), atau belum?," katanya saat menjadi narasumber pada acara BUMN Marketeers Club Surabaya di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya, Kamis. Marciano yang didampingi PT Danareksa Investment Management Zulfa Henry mengemukakan, jika tidak ada legalitas dari Bapepam atau OJK, sebaiknya masyarakat berhati-hati agar tidak terjebak kepada "investasi bodong". Ia mengakui beberapa waktu berselang banyak lembaga atau institusi yang menawarkan jasa investasi dengan tingkat pengembalian (ruturn) yang tinggi. Namun, lanjutnya, belakangan lembaga-lembaga yang menawarkan jasa investasi tersebut tidak mengembalikan investasi masyarakat sesuai yang diharapkan sehingga menimbulkan protes. "Masyarakat kita kadang 'kalap' kalau ada penawaran return yang besar hingga dua kali lipat, meskipun risikonya sangat tinggi. Masyarakat harus lebih berhati-hati jika menyikapi penawaran investasi dengan tingkat pengembalian yang tidak wajar seperti itu," kata Zulfa menambahkan. Danareksa, kata Zulfa, siap membantu masyarakat memberikan edukasi perencanaan keuangannya untuk berinvestasi, karena pilihan berinvestasi cukup beragam. Hal senada diungkapkan manajemen Perum Pegadaian Jatim Agus Priyanto bahwa lembaga yang dipimpinnya tersebut selama ini juga berusaha memberikan edukasi tentang investasi, khususnya investasi emas. "Kita juga punya program edukasi tentang investasi emas. Kalau Danareksa memiliki program yang sama, saya kira bisa kita sinergikan," kata Agus yang hadir sebagai peserta. Kenaikan BBM Sementara itu, dalam sesi tanya jawab, muncul sejumlah pertanyaan dari peserta sekitar investasi dan perkembangan perekonomian saat ini, di antaranya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan dampaknya serta lesunya pasar Eropa berikut pengaruhnya terhadap perekonomian nasional. Menjawab pertanyaan itu Marciano menjelaskan adanya dua sisi yang bisa disikapi, yakni kenaikan BBM akan diikuti dengan inflasi sehingga tingkat suku bunga akan menyesuaikan naik, dan inflasi disikapi dengan menurunkan tingkat suku bunga agar ekonomi tetap bergulir. "Tapi, kalau toh harga BBM naik, dan ada inflasi, kami yakin dampaknya hanya jangka pendek karena dalam jangka panjang pasti akan ada 'rebalancing'. Apalagi pemerintah sudah memprogramkan bantuan langsung tunai (BLT) dan diharapkan pengganti subsidi tersebut efektif," katanya dalam BUMN Marketeers Club Surabaya yang kesembilan tersebut. Sedangkan terkait dengan lesunya pasar Eropa, Zulfa Henry menambahkan bahwa semua negara di dunia pasti berharap pasar Eropa membaik, perdagangan dan ekspor berjalan, sehingga iklim investasi juga kondusif. Pada kesempatan yang sama Junanto dari Divisi Ekonomi Moneter Bank Indonesia Surabaya mengemukakan, berdasarlamn riset yang dilakukannya, jika harga BBM naik maka akan terjadi inflasi yang cukup signifikan akibat kenaikan harga kebutuhan pangan serta kenaikan jasa transportasi. "Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun ini diharapkan bisa mencapai 7,2-7,5 persen, tapi target itu akan menghadapi tantangan inflasi. Karena itu, masalahnya sekarang adalah bagaimana 'menjinakkan' inflasi tersebut jika harga BBM naik," katanya. (*)
Danareksa Berharap Masyarakat Tak Terjebak "Investasi Bodong"
Kamis, 30 Mei 2013 11:05 WIB