Perayaan Imlek di Pamekasan Berlangsung Sederhana
Minggu, 10 Februari 2013 17:08 WIB
Pamekasan - Perayaan Tahun Baru Imlek 2564 oleh warga Tionghoa di Pamekasan, Madura, Minggu, berlangsung sederhana.
Perayaan tahun baru kali ini dipusatkan di Vihara Avalokitesvara di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, sekitar 17 kilometer dari Kota Pamekasan.
"Kami hanya menyambut tahun baru Imlek kali ini dengan menggelar sembahyang secara bersama-sama," kata Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara Kosala Mahinda.
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru Imlek ini dimulai di hari pertama bulan pertama dan berakhir dengan acara "Cap Go Meh" pada tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama).
"Malam Tahun Baru Imlek dikenal sebagai 'malam pergantian tahun," kata Kosala Mahinda.
Ia menuturkan, di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam.
Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api.
"Karena warga keturunan China di Pamekasan ini sedikit, maka peryaan Tahun Baru Imlek kita rayakan secara sederhana seja," kata Kosala.
Menurut Kosala, Tahun Baru Imlek yang bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2013 ini termasuk tahun ular.
Sesuai dengan kayakinan etnik Tionghoa, di tahun ular ini termasuk tahun yang kurang baik atau kurang menguntungkan, sehingga perlu ada upaya serius untuk mendapatkan nasib yang lebih baik.
"Makanya, dalam sembahyang bersama yang kami lakukan tadi, kami menekankan kepada semua jemaat agar banyak berdoa, banyak berusaha, serta selalu memohon ampunan kepada Sany Yang Maha Kuasa agar kita mendapat lindungan," terang Kosala Mahinda.
Perayaan menyambut Tahun Baru Imlek oleh etnik Tionghoa di Vihara Avalokitesvara ini, diikuti oleh warga Tionghoa dari tiga kabupaten lain, seperti Sampang, Bangkalan dan Kabupaten Sumenep.
Bangunan Vihara ini didirikan pada abad 17 atau sekitar tahun 1700 sebelum Masehi terletak di atas tanah seluas 3 hektare.
Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat, Vihara Avalokitesvara tergolong bangunan yang sangat unit di dunia, bahkan sebagai simbol kerukunan umat beraga.
Sebab, sebagai tempat ibadah umat Buddha, juga terdapat tempat ibadah untuk umat beragama lain, yaitu Pura untuk umat Hindu dan Mushalla untuk umat Islam. Bahkan pihak yayasan juga berencana akan dibangun lagi sebuah gereja untuk umat Nasrani.
Mushalla yang ada ada di lingkungan Vihara Avalokisvara Candi Pamekasan, memang tidak terlalu besar. Berukuran hanya 4×4 meter. Akan tetapi, pihak Vihara, menyediakan perlengkapan ibadah di musholla ini. Tempat berwudlu, sajadah, mukena dan tasbih. Jarak musholla dengan Vihara hanya sekitar 10 meter yang terbatas oleh dinding.
Lokasi Pura paling dekat dengan Vihara. Ukuran Pure lebih kecil dari musholla, yakni hanya 3×3 meter.
Menurut Kosala Mahinda, pembangunan Pura sendiri, sebenarnya atas prakarsa Kapolwil Madura saat itu, yang berasal dari Bali dan menganut Agama Hindu yang menyarankan membangun Pura.
"Semua ini kami lakukan, karena sesuai dengan pesan moral agama, kita harus hidup dengan rukun dan damai, walaupun kita berbeda dalam keyakinan," kata Kosala Mahinda.
Di Pamekasan, jumlah penganut Buddha sekitar 90 orang dari total jumlah penganut agama sebanyak 726.908 orang. Sedangkan se-Jawa Timur mencapai 1.006.009 orang. (*)