Surabaya - Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro Hayono Isman berpendapat bahwa sistem pendidikan nasional di Indonesia perlu dievaluasi dan dikaji lebih dalam lagi. "Ada yang harus dievaluasi oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni sistem pendidikan. Ini untuk menanggulangi kenakalan pemuda, khususnya pelajar seperti yang terjadi akhir-akhir ini," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Sabtu. Seusai menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Pemantaban Pembaruan Kebangsaan di Daerah" yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Provinsi Jawa Timur, ia mengemukakan bahwa beberapa aksi tawuran yang melibatkan pelajar dan mahasiswa hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa, tidak bisa terlalu menyalahkan pelajar, apalagi tawuran sudah ada sejak zaman orde lama, orde baeu, hingga era reformasi sampai saat ini. "Yang penting sekarang, mencari solusi agar tidak ada lagi kejadian serupa. Cukup tawuran antarpelajar di Jakarta dan mahasiswa di Makassar, jangan sampai terjadi lagi di negeri ini," kata mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut. Anggota Komisi I DPR RI itu juga menyarankan, pemerintah jangan berhenti dan bosan mencari program terobosan yang bersifat positif, sehingga bisa tersalurkan terhadap generasi muda zaman sekarang. Ia kemudian memberikan solusi jangka panjang dan jangka pendek terhadap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni memasukkan kurikulum budi pekerti kepada siswa di sekolah-sekolah se-Indonesia. "Sedang untuk jangka pendeknya, sekolah yang terkenal sering tawuran diberi pengamanan khusus dengan melibatkan antara sekolah, kepolisian, serta pemerintah setempat. Ini untuk mencegah terjadi tawuran lagi, sekaligus sering ada pembinaan," tukasnya. Sementara itu, Hayono Isman juga menyoroti sumber daya manusia Indonesia yang dinilai masih belum menunjukkan kekuatan mental untuk maju dan berkembang memanfaatkan melimpahnya sumber daya alam di negeri ini. Ia membandingkan dengan kemampuan Singapura dan Korea yang sangat maju karena memiliki kekuatan sumber daya manusia, meski tidak mempunyai sumber daya alam jenis apapun. "Berbeda dengan Indonesia yang memiliki sumber daya alam, seperti minyak, batu bara, dan sebagainya. Artinya, permasalahannya bukan di sumber daya alam, melainkan sumber daya manusianya. Sehingga secara keseluruhan, sangat perlu dilihat kembali sistem pendidikannya," ucap Hayono Isman. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012