Malang - Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, kesulitan memenuhi kuota 20 persen beasiswa bagi mahasiswa miskin yang menempuh pendidikan tinggi di kampus setempat. Rektor UB Prof Yogi Sugito, Jumat, mengakui, setiap tahun akademik baru pihak rektorat kesulitan untuk mencari mahasiswa miskin yang berhak mendapatkan beasiswa, padahal kuotanya 20 persen dari jumlah keseluruhan mahasiswa baru. "Paling banter 10 persen yang terpenuhi. Selain mahasiswa banyak yang dari kalangan berada, mereka (mahasiswa miskin) sulit bersaing dalam ujian maupun kriteria yang disyaratkan," tegasnya. Apalagi, lanjutnya, beasiswa yang diberikan melalui program Bidik Misi persaingannya juga cukup ketat, sehingga kuota yang diberikan dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) juga sulit terpenuhi. Ia mengakui, berbagai program beasiswa yang dikucurkan UB bekerja sama dengan sejumlah perusahaan (pihak ketiga) setiap tahunnnya rata-rata mencapai Rp27 miliar. Oleh karena itu, katanya, ketika ada usulan agar kampus mengucurkan kredit bagi mahasiswa yang kesulitan dalam pembiayaan, pihaknya masih belum bisa merespon. "Kalau memang banyak mahasiswa yang mengajukan kredit untuk biaya, tentu kami akan pikirkan dan kemungkinan besar juga bekerja sama dengan pihak perbankan untuk menangani dan mengatur mekanismenya pencairan maupun pembayarannya," tegasnya. Mengenai banyaknya keluhan masyarakat terkait mahalnya biaya masuk (uang gedung) di UB yang mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah tersebut, Yogi mengatakan, sebenarnya juga tidak mahal, karena penentuan biaya masuk juga ditetapkan berdasarkan kemampuan orang tua yang terbagi dalam beberapa grade. "Tidak hanya biaya masuk, tapi juga SPP juga sudah diberlakukan proporsional sesuai kemampuan orang tua mahasiswa. Kalau SPP mulai dari nol rupiah dan yang tertinggi sebesar Rp2,5 juta per semester," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012