Trenggalek - Petani kedelai dan tembakau di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mulai mengantisipasi risiko perubahan cuaca ekstrem terhadap tanaman mereka, menyusul hujuan deras yang melanda kawasan tersebut, Kamis dini hari.
"Kalau sampai turun hujan lagi, mungkin kami akan memanen lebih cepat karena jika tidak, biji-biji kedelai bisa membusuk," ujar Praswanto, petani kedelai di Kelurahan Tamanan, Kecamatan Trenggalek, Kamis sore.
Ia mengaku sudah cukup was-was dengan hujan lebat yang turun sebelumnya. Sebab, intensitas hujan cukup tinggi sehingga bisa meningkatkan kelembaban dalam tanah, khususnya di areal pertanian kedelai miliknya maupun petani lain.
Proses pembusukan memang tidak terjadi seketika. Namun apabila hujan terus mengguyur, kandungan air dalam tanah otomatis akan semakin tinggi.
Pembusukan biasanya berlangsung lebih cepat ketika tanaman kedelai yang sudah mendekati masa panen terendam air.
"Risiko minimalnya hasil panen turun, maksimalnya bisa gagal sama sekali," imbuhnya.
Tidak hanya petani kedelai yang was-was dengan perubahan cuaca tersebut. Beberapa petani tembakau di Kecamatan Karangan juga sempat kalang kabut karena guyuran air hujan, meski hanya beberapa jam bisa menyebabkan daun tembakau cepat layu.
Sudoyo, salah seorang petani tembakau di Kecamatan Karangan mengatakan, air hujan seberapapun intensitasnya akan menyebabkan daun tembakau bertambah gemuk.
Hal itu bisa terjadi lantaran kandungan air pada daun tembakau menjadi berlebihan, sehingga menurunkan kualitas.
"Harusnya daun lebar dan tak terlalu gemuk. Kandungan air sedikit, itu yang kualitas bagus," tuturnya.
Untuk itu, para petani kedelai maupun tembakau saat ini hanya bisa pasrah. Mereka berharap hujan tidak turun sampai masa panen tiba.
Luasan pertanian kedelai di Kabupaten Trenggalek selama musim kering ini menurut data Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan mencapai sekitar empat ribu hektare lebih.
Jumlah itu merupakan sepertiga luasan lahan pertanian yang ada di daerah tersebut, yakni 12.100 hektare.
Sementara pertanian tembakau bersifat musiman dengan luasan per musim tanam rata-rata sekitar 800 hektare.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012