Trenggalek - Para petani kakao di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, memiliki cara untuk menyiasati kekeringan yang melanda wilayah tersebut, yakni dengan memanfaatkan keberadaan cacing tanah untuk menjaga kegemburan lahan. "Kami menyebutnya dengan istilah 'istana cacing' atau 'metigasi'," ungkap salah seorang petani kakao di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Musodjo, Minggu. Penggunaan metode istana cacing telah diterapkan puluhan petani setempat. Caranya, mereka cukup memasang/menggantung satu atau dua botol air mineral yang telah dilubangi bagian bawahnya di masing-masing pohon kakao. Tetesan air yang jatuh secara terus-menerus dari botol berisi air menjadikan kelembaban tanah yang ada di bawah pohon kakao terjaga dan menjadi tempat perkembangbiakan cacing. "Namun, sebelumnya tanah yang ada persis di bawah botol harus digali dulu sekitar 20 centimeter dan diisi pupuk kandang untuk tempat perkembangbiakan cacing," terangnya. Dengan cara itu, lanjut Musodjo, para petani kakao tidak lagi butuh banyak air untuk menjaga kesuburan maupun kelembaban tanah. Metode tersebut dinilai sangat efektif untuk menjaga kesuburan tanah karena kemampuan cacing dalam membantu mengurai tanah. Selain itu, petani juga mendapat manfaat lain dari keberadaan cacing tanah di perkebunan kakao karena bisa dijual ke peternak unggas, ikan, maupun ke perajin obat-obatan herbal/tradisional setempat. Informasinya, metode istana cacing telah diterapkan petani kakao di Kecamatan Suruh sejak setahunan terakhir. Berawal dari niatan salah seorang perajin obat tradisional untuk budi daya cacing, metode itu kemudian diadopsi oleh petani untuk menjaga kesuburan tanah di kebun-kebun kakao mereka. Saat ini telah ada puluhan petani kakao yang menggunakan metode sejenis, sehingga mereka bisa mendapat manfaat ganda, yakni panen kakao serta cacing sekaligus.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012