Jember - Akademisi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember Prof Dr Abdul Halim Subahar mengemukakan munculnya beragam aliran keagamaan yang tidak jarang memunculkan konflik harus menjadi evaluasi bagi semua pihak, termasuk ulama dalam berdakwah.
"Sudah saatnya kinerja dalam bidang dakwah ditingkatkan kembali. Kita harus sama-sama mengoreksi diri mengapa ada sebagian masyarakat yang mengikuti aliran baru tersebut," katanya kepada ANTARA di Jember, Jumat.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi munculnya kelompok Syiah di Puger, Jember, yang kemudian mendapatkan penolakan dari masyarakat setempat atau kasus di Sampang, Madura, yang sampai memunculkan sikap anarkis dan menyebabkan satu orang tewas.
Senada dengan itu, tokoh muda NU Jember Ubaidillah Amin mengemukakan bahwa kasus di Sampang dan Jember hendaknya menjadi koreksi bagi semua kalangan di NU untuk memperbaiki dakwah "bilhal" atau perbuatan di tengah masyarakat.
"Sekarang, umat banyak melihat ketokohan dan kesederhanaan pimpinan Syiah seperti yang ditunjukkan oleh Presiden Iran Ahmadinejad. Sikap sederhana dalam keseharian itu kan juga menjadi ciri khas Nabi Muhammad. Inilah yang barangkali banyak menarik minat umat untuk mengikuti Syiah," katanya.
Alumni Univeristas Al Azhar, Kairo, Mesir, ini mengajak semua pihak untuk kembali menampilkan diri dalam sikap bersahaja di tengah masyarakat sehingga umat merasa memiliki panutan yang kuat untuk diikuti sikapnya.
Halim Subahar yang juga Ketua MUI Jember melanjutkan bahwa dakwah itu harus menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga umat merasa ada yang mengayomi.
Ia mengemukakan bahwa jika sudah terjadi seperti kasus di Sampang, maka hal itu sangat sulit untuk diselesaikan dengan cara perdamaian. Hal itu bisa dilakukan, namun memerlukan waktu pendekatan yang lebih lama.
Sementara untuk meredam kasus Syiah yang dimotori oleh Habi Ali Al Habsyi di Puger, Jember, semua tokoh, pimpinan pemerintah dan aparat kepolisian sudah mengadakan dialog di gedung DPRD Jember, Kamis (30/8).
Pada kesempatan itu MUI Jember kembali menegaskan bahwa apa yang diajarkan oleh Habi Ali Al Habsyi berpotensi menimbulkan keresahan dan gesekan di tengah masyarakat yang mayoritas menganut paham suni, yakni NU.
Namun demikian, ia tidak sepaham jika dalam menghadapai masalah ini kemudian diambil jalan kekerasan atau main hakim sendiri. Ia selalu mengajak kelompok-kelompok yang mendapat pertentangan di masyarakat itu bersedia berdialog dengan MUI yang di dalamnya banyak pakar keagamaan.
Halim mengemukakan bahwa pada pertemuan tersebut, Habib Ali Al Habsyi mengakui telah menyebarkan ajaran Islam yang bertentangan dengan paham masyarakat di lingkungannya. Bahkan ia berjanji untuk tidak lagi mengajarkan ajaran tersebut dan kembali ke ajaran "ahlussunnah waljamaah". (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012