Trenggalek - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Trenggalek memastikan tidak ada gerakan penghentian produksi tahu maupun tempe di wilayah tersebut, meski terjadi kenaikan harga kedelai secara nasional hingga menembus Rp8 ribu per kilogram. "Di sini semuanya berjalan seperti biasa. Tidak ada gerakan stop produksi tahu-tempe seperti ramai diberitakan di media massa," ujar Kabid Industri dan Perdagangan Disperindagtamben Kabupaten Trenggalek, Djumiasih, Selasa. Ia memastikan kondisi tersebut setelah melakukan pemantauan langsung ke pasar-pasar tradisional setempat maupun ke sejumlah lokasi industri tahu-tempe. Hasilnya, produk tahu maupun tempe masih tampak di pasaran dengan harga normal. "Harga kedelai di pasaran untuk jenis lokal sekitar Rp7.500 per kilogram sedangkan jenis kedelai impor Rp7.300 per kilogram. Kami juga heran kenapa lebih murah karena daerah-daerah lain informasinya sudah tembus harga Rp8 ribu lebih per kilogramnya," ujarnya. Djumiasih menduga, gerakan stop produksi tahu-tempe hanya dilakukan perajin tahu-tempe di Jakarta dan Jawa Barat. Beberapa perajin tahu maupun tempe di Kabupaten Tulungagung maupun Blitar bahkan tetap memproduksi industri makanan olahan tersebut dengan volume sama dan harga tidak berubah sepeserpun. Sehari sebelumnya, Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTTI) mengancam akan melakukan gerakan penghentian produksi tahu tempe secara massal, selama tiga hari, yakni mulai Selasa (25/7) hingga Kamis (27/7). Dalam siaran pers yang disampaikan pengurus KOPTTI, mereka bahkan mengklaim gerakan penghentian produksi tersebut dilakukan oleh seluruh perajin tahu-tempe di sejumlah provinsi, termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012