Trenggalek - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman meminati "early warning system" (EWS) temuan pemuda Trenggalek, Jawa Timur, karena dinilai praktis, efisien dan sama canggihnya dibanding buatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). "Kemampuannya sama tapi biayanya jauh lebih terjangkau untuk ukuran daerah kecil seperti daerah kami," ujar Kasi Kesiapsiagaan BPBD Padang Pariaman, Sumatera Barat, Armeyn Rangkuti yang dikonfirmasi ANTARA di Trenggalek, melalui telepon seluler, Kamis. Menurut dia, alat pendeteksi gempa sekaligus penyebar informasi bahaya tsunami karya Bambang Sigit Sudaryono memiliki spesifikasi yang cukup praktis. EWS hasil temuan putra Trenggalek tersebut memiliki konstruksi dan pola jaringan yang lebih simpel tetapi kemampuan setara dengan peralatan sejenis buatan BMKG. "EWS buatan BMKG pusat tentu juga baik, tetapi harganya tidak bisa terjangkau untuk daerah-daerah yang masih mengandalkan APBD. Harga mereka kalau tidak salah mencapai Rp1,2 miliar, dan itu tidak mungkin terbeli oleh kami," ujarnya. Dengan alasan kemampuan anggaran pula, Armeyn mengaku lebih tertarik EWS buatan Bambang, seperti pernah didemonstrasikan di hadapan tim BPBD Jatim dan BPBD Trenggalek, di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, beberapa bulan lalu. Menurutnya, EWS hasil rekayasa konstruksi Bambang lebih efisien dan mampu menjangkau pemukiman di sekitar menara sirine hingga radius antara 3-5 kilometer. Armeyn mengatakan, Kabupaten Padang Pariaman saat ini sangat membutuhkan perlengkapan kesiapsiagaan bencana, seperti halnya gempa, tsunami, banjir maupun tanah longsor. Di daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan berada di titik pertemuan dua lempeng Benua Asia dan Australia ini merupakan salah satu kawasan yang memiliki kerentanan tinggi dalam hal bencana gempa dan tsunami. "Ada sekitar 280 ribu jiwa di enam kecamatan kawasan pesisir yang berisiko langsung menjadi korban gempa dan stunami. Kami harus mengantisipasinya sejak dini," jelasnya. Dikonfirmasi terpisah, Bambang Sigit Sudaryono mengakui telah mendapat undangan untuk presentasi sekaligus mendemontrasikan peralatan EWS hasil temuannya di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Ia berjanji untuk mempersiapkan sampel EWS terbaik hasil karyanya berikut menara untuk tempat sirine yang menjadi media penyebar informasi gempa, tsunami maupun bencana lainnya. Sama seperti halnya produksi BMKG, EWS buatan Bambang terkoneksi langsung ke kantor BPBD setempat sehingga informasi bencana apapun yang diperoleh oleh kantor penanggulangan bencana ini bisa langsung diteruskan dengan membunyikan sirine/pengumuman melalui speaker yang telah terpasang. "Alat ini baik, tujuan saya membuat alat ini juga baik. Semoga hasilnya juga baik dan bisa memberikan manfaat serta kemaslahatan bagi orang banyak, itu yang terpenting," ujar Bambang. Selain Kabupaten Padang Pariaman, lanjut dia, informasinya ada sejumlah daerah lain di sepanjang kawasan pesisir Sumatera yang meminati peralatan canggih karya Bambang. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012