Madiun - Sejumlah pengusaha tahu di wilayah Kota Madiun mengeluhkan tingginya harga kedelai yang menjadi bahan baku utama usaha mereka.
Salah satu pengusaha tahu di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Sukiman mengatakan, harga kedelai terus naik secara bertahap sejak dua bulan terakhir.
"Sejak dua bulan ini harga kedelai baik lokal maupun impor terus naik. Jika keadaan ini berlangsung hingga tiga bulan ke depan, usaha saya bisa tutup," ujar Sukiman kepada wartawan, Senin.
Adapun harga kedelai impor saat ini telah naik menjadi Rp6.500 perkilogram dari sebelumnya yang berkisar antara Rp5.000 hingga Rp5.500 perkilogram. Sedangkan kedelai lokal saat ini telah mencapai Rp9.000 perkilogram, padahal harga biasa hanya sekitar Rp6.000 hingga Rp7.000 perkilogram.
Ia terpaksa harus mengecilkan ukuran tahunya agar tetap bisa bertahan dan berproduksi. Jika biasanya tahu buatannya memiliki ketebalan 4-5 cm, namun saat ini hanya sekitar 2-3 cm saja.
"Saya terpaksa mengecilkan ukuran untuk menekan biaya produksi tahu. Sebab jika harga jual tahu yang dinaikkan, saya takut malah tahu saya tidak laku," terang dia.
Sukiman mengaku tidak mendapat untung yang layak jika harga bahan baku kedelai telah mencapai di atas Rp6.000 perkilogram. Karena itu, ia terpaksa mengurangi ukuran tahunya agar tetap bisa berproduksi dan memberikan pekerjaan bagi 20 orang karyawannya.
"Keuntungan saya akan seimbang dengan biaya produksi jika harga kedelai berkisar antara Rp5.000 hingga Rp5.500 perkilogram. Karena itu, kami para pengusaha tahu meminta kepada pemerintah segera bertindak agar harga kedelai turun dan stabil," tukasnya.
Menurut dia, di Kelurahan Banjarejo dulunya ada sekitar lima industri kecil pembuatan tahu, namun saat ini hanya tinggal miliknya yang masih bertahan.
Usaha ini telah ia geluti sejak tahun 1995. Dalam sehari, bahan baku kedelai yang dibutuhkan mencapai 1 ton kedelai. Dari kedelai sebanyak itu bisa menjadi tahu sebanyak 324 papan, dimana masing-masing papan berukuran 64x54 cm.
Hal yang sama diakui oleh pengusaha tempe di Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Supani. Ia juga mengurangi ukuran tempenya untuk menekan biaya produksi dan mendapat untung.
"Saya terpaksa mengurangii ukuran bungkusan tempe sejak harga kedelai naik. Sebab kalau harga jual tempenya dinaikkan takutnya malah tidak laku. Saya tidak tahu kenapa harga kedelai naik lagi di pasaran," tuturnya.
Para pengusaha pembuatan tempe dan tahu ini berharap pemerintah segera melakukan langkah untuk menurunkan harga kedelai. Mereka takut usahanya akan bangkrut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012