Tuban - Puluhan perajin batu kapur di Desa Parangbatu, Kecamatan Parengan, Tuban, Jawa Timur, mulai berproduksi kembali sejak dua pekan terakhir setelah curah hujan di daerah setempat berkurang.
Seorang perajin batu kapur di Desa Parangbatu, Kecamatan Parengan, Jumiah (54), Jumat, mengatakan, perajin batu kapur di desanya, yang jumlahnya sekitar 25 perajin, berhenti berproduksi selama beberapa bulan karena faktor cuaca.
Para perajin bisa berproduksi hanya pada musim kemarau karena pembuatan batu kapur tidak bisa terganggu hujan.
"Selama tidak berproduksi, perajin beralih bekerja di berbagai bidang, terbanyak bekerja di sektor pertanian," jelasnya.
Menurut dia, perajin batu kapur di desa setempat memanfaatkan tanah gunung kapur milik Perhutani Kesatuan Pemangkutan Hutan (KPH) Parengan, Tuban, yang ada di desa setempat. Sebelumnya, perajin memanfaatkan bahan batu kapur milik warga, sejak puluhan tahun lalu.
"Tapi, dua gunung batu kapur milik masyarakat, sudah habis sekarang menjadi tegalan," katanya seraya menunjuk lokasi berupa tegalan yang dipenuhi sejumlah warga yang sedang menanam palawija.
Ia menjelaskan, produksi batu kapur di desa setempat, masih tetap diminati konsumen lokal Tuban bagian selatan, Bojonegoro, Ngawi, Ponorogo, dan Madiun. Harga batu kapur, tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir, tetap Rp100 ribu per meter kubik di lokasi perajin.
Produksi para perajin, lanjutnya, bervariasi bergantung kepemilikan tungku pembakaran. Sebuah tungku mampu memproduksi batu kapur siap jual sekitar 14 meter kubik, selama tiga hari, mulai proses pengambilan bahan baku, membakar, hingga mendinginkan.
"Penjualan batu kapur meningkat kalau proyek Pemerintah mulai berjalan," ungkapnya.
Keistimewaan batu kapur setempat, kata Mujiah dibenarkan perajin lainnya, Suparmin, bisa mengurangi biaya produksi bangunan. Ia memberikan gambaran, campuran bahan bangunan kualitas bagus perbandingannya, antara batu kapur, pasir dan semen yaitu 1:5:1.
"Kualitas campuran itu, hampir sama dengan campuran antara semen dan pasir, 1:8," katanya.
Baik Mujiah dan Suparmin mengaku, para perajin batu kapur di desa setempat, masih belum kesulitan mendapatkan bahan batu kapur, sebab bisa mengambil di gunung kapur milik KPH Parengan.
"Ada retribusinya, tapi tidak besar," ucap Mujiah yang enggan menyebutkan besarnya retribusi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012