Surabaya - Manajemen Rumah Sakit Husada Utama Surabaya meresmikan pengoperasian ruang pusat penyakit stroke di lantai 11 gedung rumah sakit di Jalan Prof. Dr. Moestopo Surabaya, Kamis. Direktur RS Husada Utama Prof. dr. R. Hariadi, SpOG (K) sangat berharap peresmian ruang pusat stroke ini bisa membantu pasien dengan cepat sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat umum. "Adanya pusat stroke harus bisa membantu dan melayani pasien. Jangan sampai ada keluhan pelayanan dan dokter-dokter harus bekerja ekstra keras. Semoga layanan ini membantu masyarakat yang terserang stroke," ujarnya di sela-sela peresmian. Kepala SMF Saraf RS Husada Utama, dr Isti Suharjanti SpS (K) mengakui di tempatnya memiliki keunggulan di banding layanan-layanan pusat stroke rumah sakit lainnya. Salah satunya adalah ruang rawat inap pasien sekelas rumah sakit di luar negeri. Total ada 31 ruang rawat inap dengan empat tempat tidur khusus ruang perawatan kasus level menengah atau "Intermediate Ward". "Sebanyak 27 ruangan lainnya dibagi mulai kelas tiga hingga VVIP. Di ruangan juga tersedia monitor sebagai alat kontrol berteknologi tingga untuk memantau perkembangan pasien," kata dia. Ia menjamin pelayanan di RS Husada Utama tidak kalah dengan rumah sakit di luar negeri. Bahkan ia mengimbau kepada pasien agar tidak mudah berobat ke luar negeri, padahal di Indonesia sudah ada pelayanan yang sama atau bahkan lebih baik. "Kami berani menjamin pelayanan yang disediakan sangat layak. Dokter yang ada tidak hanya ahli saraf, tetapi dari beberapa ilmu seperti ahli jantung, ahli radiologi dan beberapa ahli ilmu lainnya. Inilah yang penting dan dokter harus berkomunikasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik," katanya. Sementara itu, Isti menjelaskan bahwa penyakit stroke saat ini tidak hanya menyerang manusia berusia di atas 50 tahun. Menurut dia, konsumsi makanan yang tidak dijaga, rokok, alkohol serta narkoba membuat seseorang mudah terjangkit stroke. Pihaknya ingin masyarakat menjauh dari penyakit ini dengan tidak meremehkan penyebab-penyebabnya. Isti juga mengatakan, perawatan yang terlambat membuat pasien beresiko lebih parah sakitnya. "Kami pasti memberikan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat tentang pencegahan penyakit stroke. Kemudian bagi yang sudah terkena, pasien harus tahu bahwa terserang stroke berulang-ulang membuat kondisi semakin tidak baik," tutur Isti. Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah memberikan pelatihan kepada perawat maupun dokter jika ada panggilan dari pasien. Kemudian diajarkan juga apa yang harus dilakukan selama mendampingi pasien stroke selama perjalanan menuju rumah sakit. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012