Tulungagung - Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Jawa Timur, menggelar vaksinasi antidifteri secara masal untuk mencegah merebaknya salah satu jenis penyakit menular mematikan yang terus bermunculan di daerah tersebut, sejak enam bulan terakhir. "ORI ("outbreak response immunitation") atau respon dalam mengantisipasi terjadinya ledakan kasus difteri ini kami lakukan di Kelurahan Beji dan Kepatihan, Kecamatan Tulungagung terhitung mulai Senin (1/5) hingga Kamis (4/5)," terang Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Tulungagung, dr Trisnawati, Rabu. Dijelaskannya, dua kelurahan yang berada di pusat kota tersebut mendapat perhatian serius, terutama semenjak ditemukannya kasus difteri pada dua pasien anak yang sempat masuk RSUD dr Iskak, sekitar pertengahan April lalu. Upaya penanggulangan sekaligus pencegahan awal terhadap risiko penularan saat itu segera dilakukan, yakni dengan memberikan serum antidifteri pada serta mengkarantina/mengisolasi si pasien di ruang perawatan khusus, terpisah dengan pasien-pasien lain. Tindakan yang dilakukan tim medis berhasil, terbukti kondisi kedua pasien anak yang baru berusia dua tahun dan delapan tahun tersebut berangsur membaik dan diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Namun, penyakit ini memiliki potensi menular cukup tinggi dan berisiko menimbulkan endemi, pemerintah daerah melalui dinas kesehatan setempat lantas menetapkannya sebagai KLB (kejadian luar biasa). "Ini juga mengacu pada kebijakan Pemprov Jatim yang menetapkan status KLB untuk kasus difteri, karena memang hampir semua daerah selalu ditemukan kasus serupa. Jadi meskipun hanya satu kasus ditemukan, kami langsung tetapkan status KLB," imbuhnya. Sayangnya, meski tergolong kejadian luar biasa dan membutuhkan penanganan serius, pihak daerah tidak menyediakan dukungan anggaran memadai. Trisnawati menyebut gerakan vaksinasi melalui program ORI di Kelurahan Kepatihan dan Beji yang mereka lakukan sepenuhnya merupakan swadaya tim medis dari jajaran puskesmas bersama dinas kesehatan. "Kebetulan seluruh kebutuhan vaksin dan spet untuk suntik telah disediakan oleh provinsi, sehingga kami tinggal melaksanakan program ORI di mana ditemukan kasus difteri," ungkap dia. Pantauan di lokasi ORI di Kantor Kelurahan Kepatihan, kesadaran warga untuk vaksinasi cukup tinggi. Sebagaimana undangan yang telah disosialisasikan, semua warga dari segala usia datang silih berganti untuk menerima suntik antidifteri sesuai kelompok umur yang disediakan petugas. Memang masih ada sebagian warga yang enggan mengikuti program ORI dengan berbagai alasan. Namun, tim medis memastikan evaluasi akan dilakukan apabila peserta vaksinasi tidak mencapai target yang ditentukan, yakni 6.600 orang per kelurahan. "Kalau memang diperlukan nanti kami akan melakukan penyisiran ke rumah-rumah penduduk dan melakukan pemeriksaan kesehatan langsung dan memberikan pengertian supaya bersedia mengikuti program vaksinasi ini," ujar ketua tim pelaksana program ORI di Kelurahan Kepatihan, dr Gracia Miranda.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012