Jember - Tim "Ekspedisi Karnivora Besar" Balai Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) belum berhasil menemukan dan memotret secara langsung Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) di kawasan konservasi setempat. Koordinator Tim Ekspedisi Karnivora Besar TNMB, Alif Olia Ananda, Kamis, mengatakan tim ekspedisi hanya mendapatkan data-data sekunder tentang keberadaan karnivora besar tersebut seperti cakaran di tanah dan di pohon. "Data primer karnivora besar berupa foto hasil kamera trap yang dipasang di sejumlah titik belum membuahkan hasil dan beberapa hewan yang terpotret dalam kamera tersebut antara lain banteng, landak, dan Musang," paparnya. Tim Ekspedisi memasang lima kamera trap secara bertahap di tiga Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) TNMB yang berada di Kabupaten Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur, selama dua bulan yakni Januari-Februari 2012, untuk mengungkap keberadaan Harimau Jawa yang sudah dianggap punah di kawasan Meru Betiri. Menurut Alif, kendala yang dihadapi oleh tim ekspedisi adalah keterbatasan kamera trap sebanyak lima buah yang harus dipasang di sejumlah lokasi TNMB seluas 58 ribu hektare. "Jumlah kamera trap yang hanya 5 buah sangat membatasi kemampuan petugas dalam melaksanakan kegiatan ekspedisi, sehingga ke depan perlu ada penambahan kualitas dan kuantitas kamera trap untuk menelusuri jejak Harimau Jawa," paparnya, menjelaskan. Selain itu, kata dia, pelaksanaan ekspedisi yang relatif singkat tidak mampu untuk mendapatkan data-data yang diperlukan secara signifikan tentang keberadaan Harimau Jawa di Meru Betiri. "Waktu yang cukup singkat selama dua bulan untuk memasang kamera trap dan keterbatasan kemampuan petugas dalam mengoperasikan kamera juga menjadi kendala dalam ekspedisi itu," tuturnya. Kendati belum berhasil memotret Harimau Jawa, lanjut dia, pihak TNMB masih optimistis bahwa Harimau Jawa belum punah dan masih berkeliaran di kawasan Meru Betiri karena terdapat beberapa data sekunder yang ditemukan petugas. "Tim ekspedisi akan menelusuri lagi jejak Harimau Jawa di Taman Nasional Meru Betiri dan berharap ada kerja sama dengan sejumlah pihak yang peduli dengan keberadaan karnivora besar yang diklaim sebagian kalangan sudah punah itu," ujarnya, menambahkan. Pada tahun 1976, WWF melaporkan bahwa Harimau Jawa yang ada di Meru Betiri tinggal 5 ekor atau paling banyak 6 ekor, namun perjumpaan secara langsung terhadap satwa langka itu tidak pernah ada. Namun, beberapa inventarisasi yang dilakukan WWF menunjukkan adanya tanda-tanda Harimau Jawa di kawasan Meru Betiri yakni berupa cakaran, jejak dan kotoran. Polemik keberadaan satwa langka tersebut muncul kembali setelah anggota Kapalla Indonesia yang ikut tim ekspedisi Meru Betiri dan UGM, Didik Raharyono, menyatakan menemukan indikasi masih adanya Harimau Jawa di Meru Betiri pada Agustus 1997. Bahkan, Ekspedisi bersama Balai TNMB dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (DirJen PHPA) tersebut juga menemukan jejak sekunder yakni berupa cakaran di pohon, rambut, kotoran dan bekas tapak kaki di tanah yang diduga milik Harimau Jawa.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012