Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan bahwa tren ekspor komoditas pangan dan olahannya secara nasional dalam lima tahun terakhir cukup baik dalam mendukung swasembada pangan.
"Sebenarnya produk pangan kita tidak semua didapat dari impor tapi ada yang diproduksi di dalam negeri juga. Dan ada juga ekspor produk pertanian keluar negeri," ujar Budi Santoso saat melakukan rapat koordinasi pangan di Bandarlampung, Sabtu.
Ia mengatakan ada sejumlah ekspor produk pertanian utama Indonesia, seperti Crude Palm Oil (CPO) yang pada periode Januari-Oktober 2024 memiliki nilai ekspor Rp22,92 miliar Dolar Amerika, kopi Arabika dan Robusta senilai 1,28 miliar Dolar Amerika, sarang walet 457,84 juta Dolar Amerika, lada 232,79 juta Dolar Amerika dan cengkeh senilai 222,97 juta Dolar Amerika.
"Sedangkan produk pertanian yang memiliki potensi peningkatan ekspor karena tren dan perubahan nilai serta volume positif adalah jambu biji dengan nilai ekspor 132,3 juta Dolar Amerika Serikat, dan volume ekspor 52,68 ribu ton," katanya.
Kemudian tembakau dengan volume ekspor 7,80 ribu ton memiliki nilai ekspor 88,61 juta Dolar Amerika Serikat, kelapa bulat senilai 85,36 Dolar Amerika Serikat dan volume 355 ribu ton, pisang senilai 8,68 juta Dolar Amerika dengan volume ekspor 21,74 ribu ton.
Lalu kelengkeng nilai ekspor 6,13 juta Dolar Amerika Serikat dengan volume ekspor 7,68 ribu ton, raspberry dan blackberry senilai 0,54 juta Dolar Amerika Serikat serta volume ekspor 0,03 ribu ton, jeruk senilai 0,37 juta Dolar Amerika Serikat dan volume 1,26 ribu ton, dan pepaya senilai 0,19 juta Dolar Amerika dengan volume 0,55 ribu ton.
"Dengan tren ekspor yang baik lima tahun terakhir di 2019-2023, maka ini bisa menjadi bentuk kesiapan Indonesia menjalankan swasembada pangan bila produk pangan dapat dikelola dengan profesional," ucap dia.
Ia pun optimis bahwa Indonesia dapat melaksanakan swasembada pangan dengan baik dan maksimal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024