Gemerlap cahaya lampu di kawasan Kayutangan Heritage, Kota Malang, Jawa Timur, seolah menjadi penanda mulai menggeliatnya pusat bisnis masa kolonial yang sempat meredup selama bertahun-tahun.

Kayutangan, pada masa kolonial, dirancang untuk menjadi kawasan yang mirip dengan kota-kota di Eropa. Di kawasan itu, terdapat Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, yang dikenal dengan sebutan Gereja Kayutangan.

Keberadaan gereja merupakan sisa sentuhan era kolonial yang masih melekat pada kawasan tersebut. Meski nilai sejarah kian kental di kawasan itu, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, seolah hanya menyisakan cerita.

Lambat laun, waktu mulai menelan perlahan kawasan yang pada era kolonial menjadi pusat bisnis dan interaksi masyarakat. Deretan toko tua berjajar, seolah lelah menghadapi kencangnya perubahan zaman di kota terbesar kedua di Jawa Timur, setelah Surabaya, itu.

Baca juga: Pengamat usul penggunaan Tarekot sebagai parkir tangani kemacetan di Kayutangan

Beberapa tahun silam, kawasan itu tidak sepenuhnya "mati". Ada sejumlah pertokoan, termasuk sektor perbankan yang beroperasi di Jalan Basuki Rahmad itu. Era kejayaan Kayutangan, memang termakan usia.

Hanya saja, nilai sejarah yang melekat di kawasan Kayutangan, sepertinya tidak ingin dilupakan begitu saja. Nilai-nilai sejarah atau heritage di kawasan itu menjadi salah satu perhatian bagi Wali Kota Malang periode 2018-2023 Sutiaji.

Ide itu bisa dikatakan sangat sederhana, yakni untuk membangkitkan potensi besar yang dimiliki kawasan Kayutangan. Saat itu, Kayutangan ingin dihidupkan seperti kawasan Malioboro di Yogyakarta.

Ide sederhana yang dilakukan Pemerintah Kota Malang itu adalah dengan menambah lampu-lampu kota dengan arsitektur seperti layaknya kawasan Malioboro. Pemasangan lampu yang mempercantik kawasan itu, dilakukan pada Januari 2022.

Dalam waktu yang tidak lama, sedikit demi sedikit, kawasan Heritage Kayutangan mulai menarik minat wisatawan untuk berkunjung, meski sekadar untuk menikmati udara sejuk Kota Malang. Meningkatnya aktivitas masyarakat itu, ternyata juga menarik perhatian para investor.

Satu per satu, investor mulai berinvestasi di kawasan Kayutangan Heritage. Pertokoan yang semula terlihat kusam dan tidak terawat, lambat laun, kecerahan mulai mewarnai keberadaan kawasan itu yang kembali menggeliat sebagai pusat aktivitas wisata bagi masyarakat dan wisatawan.

Pada 2024, berdasarkan data Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, kunjungan wisatawan yang singgah ke kawasan Kayutangan Heritage mencapai 640 ribu orang pada periode Januari-Oktober.

Jumlah tersebut, didominasi oleh kunjungan wisatawan Nusantara sebanyak 638 ribu orang, dan 2.000 wisatawan lainnya merupakan warga negara asing. Daya tarik kawasan Kayutangan Heritage, mulai menyedot perhatian para wisatawan.

Dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kayutangan tersebut, tentunya ada potensi perputaran uang yang cukup besar. Kue ekonomi yang kini mulai dinikmati para investor itu, seharusnya juga menyentuh masyarakat kecil.


Ruang UMKM

Kehidupan baru Kayutangan Heritage memang sudah menarik bagi para pemodal besar untuk masuk dan berinvestasi. Deretan jenama dari dalam maupun luar negeri, mulai masuk menghiasi wajah baru kawasan tersebut.

Untuk mewujudkan pemerataan kue ekonomi dari menggeliatnya Kayutangan Heritage, pemerintah daerah memberikan ruang kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat untuk melayani kebutuhan pengunjung.

Untuk tahap awal, ruang berusaha bagi pelaku UMKM itu baru terbatas pada titik tertentu di kawasan Kayutangan Heritage.

Pengembangan kawasan Kayutangan Heritage, memang tidak hanya sebatas di jalur utama atau wajah Kayutangan itu sendiri, melainkan juga di area perkampungan di sekitar kawasan. Pelaku UMKM mendapatkan ruang di area perkampungan yang mayoritas merupakan warga sekitar.

Hal itu memang perlu dilakukan dengan berkaca dari pengunjung Kayutangan Heritage. Para wisatawan yang datang, tidak semuanya berasal dari kelas menengah ataupun kelas atas. Ada juga masyarakat kelas menengah ke bawah, yang juga butuh "hiburan" di kawasan Kayutangan.

Dengan potensi wisatawan tersebut, membuka ruang bagi pelaku UMKM untuk berusaha melalui wadah yang tepat, dan hal itu akan memberikan efek domino cukup besar. Dampak yang muncul, tentunya dalam jangka panjang akan menaikkan kelas dari pelaku UMKM itu sendiri.

Dengan pelaku UMKM naik kelas, maka skala bisnis juga akan meningkat, termasuk jika pelaku usaha tersebut berkeinginan untuk membuka bisnis lain di lokasi yang berbeda. Kayutangan Heritage, bisa saja dijadikan wadah untuk mendorong peningkatan skala bisnis pelaku UMKM.

Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki UMKM agar bisa naik kelas dan mandiri, juga akan memberikan dampak terbukanya lapangan kerja baru di wilayah Kota Malang.

Kayutangan Heritage bisa menjadi salah satu sarana efektif untuk mendongkrak perekonomian Kota Malang secara menyeluruh agar kesejahteraan masyarakat bisa lebih merata.

Secara umum, wisatawan mengunjungi satu wilayah lebih menyukai adanya ketersambungan antara objek satu dengan yang lainnya. Wisatawan, khususnya dari kalangan menengah ke bawah, biasanya berpikir ekonomis, dengan mengunjungi satu wilayah dapat menikmati beberapa objek wisata sekaligus. Wisatawan merasa rugi kalau hanya dapat menikmati satu objek wisata dalam satu kali kunjungan.

Dengan tersedianya segala kebutuhan pengunjung yang disediakan oleh pelaku UMKM setempat, Kayutangan Heritage bisa menjadi objek sambungan bagi wisatawan yang datang ke Kota Malang maupun ke Kabupaten Malang, termasuk ke Kota Batu, wilayah tetangga yang dulunya masuk salah satu kecamatan di Kabupaten Malang.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024