Blitar - Rumah ibunda Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jalan Bali, Kota Blitar menjadi sasaran unjuk rasa massa yang menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 April 2012, Selasa. Massa dari mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Blitar itu bergerak maju ke rumah ibunda SBY. Mereka sempat menggelar orasi menolak kenaikan harga BBM. Mereka juga sempat memblokade jalan, membuat arus lalu lintas menjadi macet. Koordinator aksi, Yahya mengatakan rencana kenaikan BBM itu akan memberatkan rakyat. Harga bahan pokok dipastikan naik, sebagai dampak semakin mahalnya harga BBM itu. "Bahan pokok akan semakin mahal dan sulit terjangkau rakyat kecil. Bahkan, pajak pun tentunya akan naik jika harga BBM akan dinaikkan," ucapnya. Mahasiswa itu, dalam unjuk rasanya membawa sejumlah poster yang isinya kecaman kebijakan pemerintahan SBY. Mahasiswa meminta, agar rencana itu dibatalkan agar tidak melukai hati rakyat. Mahasiswa sempat hendak menyegel rumah ibunda SBY tersebut, sebagai penolakan atas kebijakan rencana menaikkan harga BBM. Namun, aksi ini dihalangi petugas. Mereka sempat melakukan dialog untuk diperbolehkan menyegel rumah itu, namun petugas tetap tidak bergeming dan tetap meminta mahasiswa tidak melakukan penyegelan, karena dinilai mengganggu privasi orang lain. Sempat terjadi adu mulut dan kericuhan saat mahasiswa tidak diperbolehkan melakukan penyegelan tersebut. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Mereka akhirnya hanya melakukan shalat ghaib dan tabur bunga di tengah jalan, sebagai simbol matinya demokrasi. Rumah ibunda Presiden SBY itu memang sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Ibunda SBY, Ny Habibah Soekotjo pindah ke Jakarta sejak 18 Oktober 2004. Sejak ibunda SBY tinggal di Jakarta, rumah itu dijaga pasangan suami istri, Doni dan Sinta (25), yang masih kerabat. Massa akhirnya meninggalkan lokasi rumah ibunda SBY tersebut. Walaupun kecewa, mereka mengancam akan melakukan unjuk rasa lagi dengan massa yang jumlahnya lebih besar daripada sebelumnya. Massa juga sempat ke kantor DPRD Kabupaten Blitar. Mereka diterima oleh Wakil Bupati Blitar Riyanto dan Ketua DPRD Kota Blitar Guntur Wahono. Kedua pejabat di Kabupaten Blitar itu juga mendukung sikap mahasiswa yang menolak rencana kenaikan harga BBM. Mahasiswa justru memberikan masukan, agar pemerintah mengurangi belanja untuk pemerintahan. Selama ini, subsidi untuk BBM hanya 7 persen, padahal untuuk belanja birokrasi mencapai 54 persen.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012