Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat kenaikan harga pada komoditas tomat pada periode Oktober 2024 mendorong terjadinya inflasi 0,20 persen di Kota Malang, Jawa Timur.
Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin dalam konferensi pers di Kota Malang, Jumat, mengatakan kenaikan harga tomat sebesar 44,9 persen memberikan andil 0,03 persen terhadap inflasi.
"Kemarin kami sudah melihat ke pasar memang tomat mengalami kenaikan. Padahal di lima bulan sebelumnya komoditas ini justru menjadi penyumbang deflasi," kata Umar.
Dia menjelaskan kenaikan harga tomat dipengaruhi ketersediaan di pasaran yang saat ini mulai berkurang, faktornya dikarenakan pengaruh musim hujan.
"Artinya, tomat sekarang ini harganya mulai merangkak naik," ucapnya.
Selain tomat, komoditas daging ayam ras juga mengalami kenaikan harga sebesar 3,54 persen yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Hal itu disebabkan adanya dampak kenaikan harga pakan ternak.
Kondisi tersebut juga mempengaruhi kenaikan harga telur ayam ras sebesar 1,62 persen dengan sumbangan 0,02 persen terhadap inflasi di bulan Oktober 2024.
"Kemungkinan untuk daging ayam ras sama telur ayam ras dipengaruhi kenaikan harga pakan," ucapnya.
Lebih lanjut, inflasi pada Oktober 2024 yang sebesar 0,20 persen turut disebabkan adanya kenaikan harga emas perhiasan sebesar 5,09 persen yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen.
"Emas perhiasan merupakan komoditas yang sampai Oktober, baik secara kumulatif dari Januari sampai Oktober maupun secara year on year menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Malang. Bahkan Jawa Timur dan Nasional," katanya.
Selain komoditas tersebut, BPS mencatat inflasi yang terjadi di Kota Malang terjadi karena ada peningkatan harga barang, yakni sigaret kretek mesin (SKM) 1,62 persen, bawang merah 10,93 persen, tarif kendaraan roda dua daring 6,33 persen, jeruk 5,39 persen, dan labu siam 14,06 persen.
Sementara itu, Umar menyatakan bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah komoditas penting yang menjadi penghambat laju inflasi dengan penurunan harga 0,06 persen.
Kondisi tersebut memberikan sumbangan pada andil terhadap deflasi sebesar 1,12 persen.
"Karena bulan Oktober 2024, termasuk September pemerintah telah menyesuaikan harga komoditas bensin, sehingga BBM menjadi penyumbang deflasi di Kota Malang bulan ini," ucapnya.
Selain BBM, komoditas lain yang mengalami penurunan harga dan berperan menahan inflasi adalah, cabai merah 19,55 persen, jagung manis 13,78 persen, kentang 8,48 persen, beras 0,49 persen, cabai rawit 6,05 persen, mobil 0,54 persen, telur puyuh 12,92 persen, pepaya 5,42 persen, dan anggur 7,51 persen.
Berdasarkan data dari BPS, inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di Kabupaten Sumenep dengan 0,36 persen. Sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Gresik sebesar 0,07 persen.
Secara year on year inflasi di Kota Malang mencapai 1,53 persen. Angka itu masih di bawah Jawa Timur dengan 1,66 persen dan Nasional 1,71 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin dalam konferensi pers di Kota Malang, Jumat, mengatakan kenaikan harga tomat sebesar 44,9 persen memberikan andil 0,03 persen terhadap inflasi.
"Kemarin kami sudah melihat ke pasar memang tomat mengalami kenaikan. Padahal di lima bulan sebelumnya komoditas ini justru menjadi penyumbang deflasi," kata Umar.
Dia menjelaskan kenaikan harga tomat dipengaruhi ketersediaan di pasaran yang saat ini mulai berkurang, faktornya dikarenakan pengaruh musim hujan.
"Artinya, tomat sekarang ini harganya mulai merangkak naik," ucapnya.
Selain tomat, komoditas daging ayam ras juga mengalami kenaikan harga sebesar 3,54 persen yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Hal itu disebabkan adanya dampak kenaikan harga pakan ternak.
Kondisi tersebut juga mempengaruhi kenaikan harga telur ayam ras sebesar 1,62 persen dengan sumbangan 0,02 persen terhadap inflasi di bulan Oktober 2024.
"Kemungkinan untuk daging ayam ras sama telur ayam ras dipengaruhi kenaikan harga pakan," ucapnya.
Lebih lanjut, inflasi pada Oktober 2024 yang sebesar 0,20 persen turut disebabkan adanya kenaikan harga emas perhiasan sebesar 5,09 persen yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen.
"Emas perhiasan merupakan komoditas yang sampai Oktober, baik secara kumulatif dari Januari sampai Oktober maupun secara year on year menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Malang. Bahkan Jawa Timur dan Nasional," katanya.
Selain komoditas tersebut, BPS mencatat inflasi yang terjadi di Kota Malang terjadi karena ada peningkatan harga barang, yakni sigaret kretek mesin (SKM) 1,62 persen, bawang merah 10,93 persen, tarif kendaraan roda dua daring 6,33 persen, jeruk 5,39 persen, dan labu siam 14,06 persen.
Sementara itu, Umar menyatakan bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah komoditas penting yang menjadi penghambat laju inflasi dengan penurunan harga 0,06 persen.
Kondisi tersebut memberikan sumbangan pada andil terhadap deflasi sebesar 1,12 persen.
"Karena bulan Oktober 2024, termasuk September pemerintah telah menyesuaikan harga komoditas bensin, sehingga BBM menjadi penyumbang deflasi di Kota Malang bulan ini," ucapnya.
Selain BBM, komoditas lain yang mengalami penurunan harga dan berperan menahan inflasi adalah, cabai merah 19,55 persen, jagung manis 13,78 persen, kentang 8,48 persen, beras 0,49 persen, cabai rawit 6,05 persen, mobil 0,54 persen, telur puyuh 12,92 persen, pepaya 5,42 persen, dan anggur 7,51 persen.
Berdasarkan data dari BPS, inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di Kabupaten Sumenep dengan 0,36 persen. Sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Gresik sebesar 0,07 persen.
Secara year on year inflasi di Kota Malang mencapai 1,53 persen. Angka itu masih di bawah Jawa Timur dengan 1,66 persen dan Nasional 1,71 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024