Surabaya - Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur menyambut Konferensi Perempuan Internasional di Tunisia pada 10 Maret dengan menggelar "Forum Muslimah untuk Peradaban" (Formuda) di Surabaya pada tanggal yang sama. "Formuda yang kami selenggarakan juga membahas tema yang sama dengan Konferensi Perempuan Internasional di Tunisia itu yakni 'Khilafah: Model Cemerlang Bagi Hak-hak Perempuan dan Peran Politiknya'," kata Ketua DPD I Muslimah HTI Jatim, Nurul Izzati, di Surabaya, Jumat. Dalam konferensi dan forum yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional itu, Muslimah Hizbut Tahrir di seluruh dunia mengumumkan kampanye global tentang "Khilafah" sebagai model bagi pengakuan atas hak-hak perempuan dan peran politiknya. "Para perempuan dari kalangan politisi dan tokoh-tokoh perempuan akan membahas satu sistem Khilafah sebagai sistem yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan hak-hak perempuan serta mengatasi berbagai persoalannya," katanya. Tujuan dari kampanye itu adalah untuk mengedepankan solusi praktis yang mampu diberikan oleh Khilafah pada berbagai masalah politik, ekonomi dan sosial yang dihadapi perempuan di dunia Islam dan di berbagai tempat lain. "Acara itu juga dimaksudkan untuk membantah tuduhan dan rekayasa tentang Islam dan penindasan Islam terhadap perempuan. Justru hanya sistem Khilafah-lah yang menjamin hak-hak perempuan secara nyata, tak hanya retorika," katanya. Dalam siaran persnya, Kantor Pusat Media Hizbut Tahrir menyebutkan konferensi di Tunisia itu juga akan mendengarkan pesan dalam bentuk video dari Muslimah Hizbut Tahrir dari Afrika Utara, Eropa, Timur Tengah, Pakistan, Indonesia, Rusia, Australia, dan lainnya. Anggota Kantor Pusat Media Hizbut Tahrir, Dr Nasreen Nawaz, mengatakan kaum perempuan di seluruh dunia Islam selama beberapa dekade sesungguhnya telah menghadapi penindasan, kemiskinan dan penghinaan di bawah rezim represif yang korup dan sistem ekonomi yang sudah usang. Berbagai pemerintahan di timur dan barat, utara dan selatan, telah menutup mata dan membiarkan pelanggaran terhadap hak perempuan dan bahkan melucuti hak-hak dasar mereka. Semua sistem monarki, republik, demokrasi, dan kediktatoran selama delapan dekade terakhir telah gagal menjamin kehidupan yang layak dan menghormati perempuan. "Dari Tunisia yang dianggap Barat sebagai pelopor sekularisme terkait hak asasi perempuan, Muslimah Hizbut Tahrir menargetkan untuk menunjukkan bahwa sistem pemerintahan Islam adalah satu-satunya model yang mampu melindungi hak-hak perempuan," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012