Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo telah mendistribusikan sebanyak 1,2 juta liter air ke belasan desa terdampak kekeringan di wilayah tersebut selama tiga bulan terakhir.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetya, Senin mengatakan, hingga pertengahan Oktober ini setidaknya ada 19 Dusun yang tersebar di 17 Desa dari tujuh kecamatan mendapat suplai bantuan air bersih.
"Secara keseluruhan ada 1.062 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 2.734 jiwa yang mengalami krisis air bersih," kata Agung.
Menurutnya, faktor geografis menjadi penyebab utama kekeringan ini, terutama di wilayah perbukitan karst.
Desa-desa seperti Karangpatihan di Kecamatan Pulung dan beberapa desa di Kecamatan Slahung menjadi kantong-kantong terdampak paling parah dari musim kemarau ini.
"Bahkan di Dusun Dungus itu yang terdampak krisis air bersih mencapai ratusan jiwa, karena memang sumber air di desa tersebut mengering," katanya.
Agung menambahkan jika saat ini sebanyak 1,2 juta liter air telah disalurkan oleh BPBD Ponorogo.
Jumlah tersebut tidak termasuk bantuan dari pihak swasta maupun instansi lainnya. Dimana setiap titik lokasi kekeringan BPBD menyalurkan sebanyak 5 ribu hingga 12 ribu liter sekali pengiriman, tergantung pada luas wilayah dan jumlah jiwa yang terdampak.
"Rata rata seminggu kita melakukan droping dua kali, ya karena air bersih merupakan kebutuhan baku bagi masyarakat," katanya.
Pihaknya belum memastikan kapan musim kemarau ini berakhir.
Namun, jika menganut prediksi BMKG pada pertengahan Oktober hingga awal November ini sebenarnya Ponorogo sudah memasuki musim penghujan.
"Selama masih belum turun hujan dan masih adanya permintaan droping air bersih, kami ya tetap akan melakukannya (droping) terus," tandas Agung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetya, Senin mengatakan, hingga pertengahan Oktober ini setidaknya ada 19 Dusun yang tersebar di 17 Desa dari tujuh kecamatan mendapat suplai bantuan air bersih.
"Secara keseluruhan ada 1.062 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 2.734 jiwa yang mengalami krisis air bersih," kata Agung.
Menurutnya, faktor geografis menjadi penyebab utama kekeringan ini, terutama di wilayah perbukitan karst.
Desa-desa seperti Karangpatihan di Kecamatan Pulung dan beberapa desa di Kecamatan Slahung menjadi kantong-kantong terdampak paling parah dari musim kemarau ini.
"Bahkan di Dusun Dungus itu yang terdampak krisis air bersih mencapai ratusan jiwa, karena memang sumber air di desa tersebut mengering," katanya.
Agung menambahkan jika saat ini sebanyak 1,2 juta liter air telah disalurkan oleh BPBD Ponorogo.
Jumlah tersebut tidak termasuk bantuan dari pihak swasta maupun instansi lainnya. Dimana setiap titik lokasi kekeringan BPBD menyalurkan sebanyak 5 ribu hingga 12 ribu liter sekali pengiriman, tergantung pada luas wilayah dan jumlah jiwa yang terdampak.
"Rata rata seminggu kita melakukan droping dua kali, ya karena air bersih merupakan kebutuhan baku bagi masyarakat," katanya.
Pihaknya belum memastikan kapan musim kemarau ini berakhir.
Namun, jika menganut prediksi BMKG pada pertengahan Oktober hingga awal November ini sebenarnya Ponorogo sudah memasuki musim penghujan.
"Selama masih belum turun hujan dan masih adanya permintaan droping air bersih, kami ya tetap akan melakukannya (droping) terus," tandas Agung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024