Hasil penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa air minum dalam kemasan (AMDK) aman untuk dikonsumsi setelah melakukan penelitian terkait bahan kimia Bisfenol A (BPA).

Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB Akhmad Zainal Abidin menjelaskan bahan kimia BPA berfungsi sebagai precursor atau pendahulu yang digunakan dalam pembentukan plastik polikarbonat (PC). 

"PC yang berfungsi memberi kekuatan dan ketahanan bentuk pada kemasan plastik digunakan dalam berbagai produk konsumen, termasuk botol plastik, wadah makanan hingga galon AMDK," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
 
Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah produk-produk yang kemasannya mengandung bahan kimia BPA aman dikonsumsi manusia.

Terlebih, belum ada konsensus ilmiah yang disepakati secara menyeluruh tentang bahaya BPA terhadap kesehatan manusia jika masih dalam ambang batas yang diperbolehkan, yaitu sebesar 0,6 bpj. 

Tim peneliti ITB menguji empat sampel dari merek AMDK terpopuler.

"Dari penelitian yang kami lakukan, tidak mendeteksi BPA di semua sampel AMDK yang diuji. Ini membuktikan ketika sudah terbentuk PC maka BPA tidak ada lagi dalam ikatan polimer," ujar Zainal.  

Dokter spesialis penyakit dalam Laurentius Aswin Pramono mengatakan kalaupun ada kadar BPA dalam air kemasan galon guna ulang pasti masih berada dalam batas aman dan belum mencapai ambang yang bisa mengganggu metabolisme seperti yang ditetapkan oleh otoritas keamanan pangan nasional dan internasional.

"Pada dasarnya semua bahan kimia bersifat endocrine disruptor, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh. Namun kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001 persen dari ambang batas yang bisa mengganggu," katanya. 

Untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar dalam satu waktu secara bersamaan. Jadi, butuh hingga 10.000 galon dalam satu sekali minum untuk mencapai batas yang dapat mengganggu hormon dalam tubuh.

Artinya, dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengungkapkan, kecil sekali yang bisa menjadikan BPA dalam galon jadi endocrine disruptor yang bisa mengganggu metabolisme tubuh.

"Jika pun ada BPA memasuki tubuh, senyawa ini diproses oleh hati dan kemudian diekskresikan melalui urin. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat BPA dalam urin umumnya rendah pada individu yang mengonsumsi AMDK. Karena tubuh dapat menangani dan mengeluarkan BPA dengan efektif," ucapnya.
 

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024