Sebanyak 12 desa dan 19 dusun di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur telah melapor mengalami kekeringan akibat dampak perubahan iklim dan kemarau panjang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, Joko Raharto di Lamongan, Jumat mengatakan, dari pendataan, terdapat 15 kecamatan di Lamongan, 90 desa serta 182 dusun berpotensi dilanda kekeringan selama musim kemarau panjang.
Namun, dari laporan yang diterima BPBD setempat sampai akhir Agustus 2024, sudah terdata ada 5 kecamatan, 12 desa dan 19 dusun melapor mengalami kekeringan akibat dampak perubahan iklim dan kemarau panjang.
Ia mengatakan, BPBD Lamongan telah melakukan mitigasi daerah yang berpotensi mengalami kekeringan dan mulai melalukan droping air bersih.
"SK siaga darurat sudah ditetapkan BMKG sejak bulan Juni 2024. Kami bergerak melakukan pemetaan dan pendataan terhadap desa yang berpotensi dilanda kekeringan dan berakibat pada kekurangan kebutuhan air bersih," ujarnya.
Ia mengatakan, suplai air bersih menjadi kebutuhan utama warga dan dilakukan secara kolaborasi dengan organisasi kemasyarakatan.
Menurut Joko, gotong royong dengan seluruh elemen organisasi masyarakat menjadi konsep penting di setiap terjadinya peristiwa kebencanaan.
"Jadi droping air bersih dilakukan dengan sistem kolaborasi penthahelix , banyak pihak - pihak yang membantu kami seperti Baznas, PKK, perusahaan daerah dan individu," katanya.
Dia mengungkapkan, prediksi kemarau panjang belum bisa dipastikan sampai kapan berakhir. Sebab, pada tahun 2023, hingga akhir tahun BPBD tetap menggencarkan droping air bersih ke warga terdampak.
"Tahun kemarin kami droping sampai akhir tahun. Sepanjang ada warga yang masih terdampak yah akan terus kita lakukan droping air bersih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, Joko Raharto di Lamongan, Jumat mengatakan, dari pendataan, terdapat 15 kecamatan di Lamongan, 90 desa serta 182 dusun berpotensi dilanda kekeringan selama musim kemarau panjang.
Namun, dari laporan yang diterima BPBD setempat sampai akhir Agustus 2024, sudah terdata ada 5 kecamatan, 12 desa dan 19 dusun melapor mengalami kekeringan akibat dampak perubahan iklim dan kemarau panjang.
Ia mengatakan, BPBD Lamongan telah melakukan mitigasi daerah yang berpotensi mengalami kekeringan dan mulai melalukan droping air bersih.
"SK siaga darurat sudah ditetapkan BMKG sejak bulan Juni 2024. Kami bergerak melakukan pemetaan dan pendataan terhadap desa yang berpotensi dilanda kekeringan dan berakibat pada kekurangan kebutuhan air bersih," ujarnya.
Ia mengatakan, suplai air bersih menjadi kebutuhan utama warga dan dilakukan secara kolaborasi dengan organisasi kemasyarakatan.
Menurut Joko, gotong royong dengan seluruh elemen organisasi masyarakat menjadi konsep penting di setiap terjadinya peristiwa kebencanaan.
"Jadi droping air bersih dilakukan dengan sistem kolaborasi penthahelix , banyak pihak - pihak yang membantu kami seperti Baznas, PKK, perusahaan daerah dan individu," katanya.
Dia mengungkapkan, prediksi kemarau panjang belum bisa dipastikan sampai kapan berakhir. Sebab, pada tahun 2023, hingga akhir tahun BPBD tetap menggencarkan droping air bersih ke warga terdampak.
"Tahun kemarin kami droping sampai akhir tahun. Sepanjang ada warga yang masih terdampak yah akan terus kita lakukan droping air bersih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024