PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) Cepu yang merupakan bagian dari Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina menanam 180 ribu pohon di atas lahan seluas 165 hektare di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Direktur Utama PEPC Muhamad Arifin mengemukakan kegiatan penanaman ini merupakan cerminan dari prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) yang menjadi dasar perusahaan dalam menjalankan operasi dan produksi minyak dan gas bumi.
"Sekaligus menjadi komitmen berkontribusi dalam kinerja keberlanjutan dengan menurunkan emisi karbon dan memperbaiki kualitas lingkungan, mematuhi aturan yang berlaku dan menyejahterakan masyarakat lokal," kata Arifin dalam rilisnya yang diterima di Blitar, Sabtu.
Arifin menjelaskan bahwa sektor hulu migas memegang peranan penting untuk program pengurangan emisi. Sepanjang 2023, Regional Indonesia Timur telah melakukan sekitar 25 inovasi di operasi kami yang berhasil menurunkan emisi hingga 76.467 ton C02 eq.
"Kami juga telah menerapkan teknologi CCUS di Lapangan Sukowati yang saat ini sudah berhasil di fase awal yakni huff and puff, yang merupakan tahap pertama sebelum fase CO2 interwell injection dan CO2 injection full scale," ujarnya.
Penanaman 180 ribu pohon, kata dia, merupakan penanaman pohon dengan jumlah terbesar dan wilayah terluas di wilayah Regional Indonesia Timur.
Pada 2023, Regional Indonesia Timur telah melakukan penanaman sekitar 28 ribu bibit di berbagai lokasi penanaman. Program penanaman ini berkontribusi terhadap agenda internasional tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
"Aksi penanaman pohon tidak hanya berhenti sampai di sini. Dalam waktu dekat kami akan melakukan kegiatan penanaman di Cianjur, Jawa Barat, seluas 125 hektare dan di Sorong Papua Barat seluas 130 hektare," kata Arifin.
Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dyah Murtiningsih mengungkapkan bahwa kondisi bumi saat ini sudah sangat memprihatinkan akibat kegiatan manusia yang tidak bijak dalam mengelola alam. Hal ini menimbulkan dampak perubahan iklim yang menyebabkan berbagai bencana.
Ia menambahkan, para pemimpin dunia dalam Paris Agreement telah sepakat menurunkan emisi sebagai salah satu penyebab terbesar dalam perubahan iklim.
Indonesia, kata dia, memiliki target pengurangan emisi gas rumah kaca yang ditetapkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC) sebesar 32 persen dengan upaya sendiri dan 42 persen dengan dukungan internasional.
"Target ini tidak akan mungkin dapat dicapai tanpa kolaborasi dari berbagai pihak, yakni pemerintah pusat, daerah, swasta maupun masyarakat. Kita menyaksikan penanaman pohon yang dilakukan oleh Pertamina EP Cepu, sebagai upaya menekan emisi. Inilah yang saya sebut sebagai Collaboration for Sustainability, semua bergandeng tangan melakukan aksi kebaikan untuk bumi dan generasi mendatang," ujar Dyah.
Lebih lanjut, Dyah menjelaskan bahwa saat ini kondisi lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan dengan 12,7 juta hektare lahan kritis yang berdampak adanya banjir dan tanah longsor.
"Melalui kewajiban PPKH untuk perusahaan, kami berharap lahan kritis ini dapat berkurang. Di sisi lain masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi yang begitu besar dari tanaman ini, tolong dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," katanya.
Sementara itu, dari 180 ribu pohon yang ditanam itu jenisnya beragam seperti pohon pinus, balsa, alpukat, nangka, sukun, petai dan trembesi dengan penggunaan polybag ramah lingkungan sebagai media persemaian dan percepatan penanaman dengan teknologi hydrogel sehingga tanaman tetap bertahan di musim kemarau.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Direktur Utama PEPC Muhamad Arifin mengemukakan kegiatan penanaman ini merupakan cerminan dari prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) yang menjadi dasar perusahaan dalam menjalankan operasi dan produksi minyak dan gas bumi.
"Sekaligus menjadi komitmen berkontribusi dalam kinerja keberlanjutan dengan menurunkan emisi karbon dan memperbaiki kualitas lingkungan, mematuhi aturan yang berlaku dan menyejahterakan masyarakat lokal," kata Arifin dalam rilisnya yang diterima di Blitar, Sabtu.
Arifin menjelaskan bahwa sektor hulu migas memegang peranan penting untuk program pengurangan emisi. Sepanjang 2023, Regional Indonesia Timur telah melakukan sekitar 25 inovasi di operasi kami yang berhasil menurunkan emisi hingga 76.467 ton C02 eq.
"Kami juga telah menerapkan teknologi CCUS di Lapangan Sukowati yang saat ini sudah berhasil di fase awal yakni huff and puff, yang merupakan tahap pertama sebelum fase CO2 interwell injection dan CO2 injection full scale," ujarnya.
Penanaman 180 ribu pohon, kata dia, merupakan penanaman pohon dengan jumlah terbesar dan wilayah terluas di wilayah Regional Indonesia Timur.
Pada 2023, Regional Indonesia Timur telah melakukan penanaman sekitar 28 ribu bibit di berbagai lokasi penanaman. Program penanaman ini berkontribusi terhadap agenda internasional tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
"Aksi penanaman pohon tidak hanya berhenti sampai di sini. Dalam waktu dekat kami akan melakukan kegiatan penanaman di Cianjur, Jawa Barat, seluas 125 hektare dan di Sorong Papua Barat seluas 130 hektare," kata Arifin.
Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dyah Murtiningsih mengungkapkan bahwa kondisi bumi saat ini sudah sangat memprihatinkan akibat kegiatan manusia yang tidak bijak dalam mengelola alam. Hal ini menimbulkan dampak perubahan iklim yang menyebabkan berbagai bencana.
Ia menambahkan, para pemimpin dunia dalam Paris Agreement telah sepakat menurunkan emisi sebagai salah satu penyebab terbesar dalam perubahan iklim.
Indonesia, kata dia, memiliki target pengurangan emisi gas rumah kaca yang ditetapkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC) sebesar 32 persen dengan upaya sendiri dan 42 persen dengan dukungan internasional.
"Target ini tidak akan mungkin dapat dicapai tanpa kolaborasi dari berbagai pihak, yakni pemerintah pusat, daerah, swasta maupun masyarakat. Kita menyaksikan penanaman pohon yang dilakukan oleh Pertamina EP Cepu, sebagai upaya menekan emisi. Inilah yang saya sebut sebagai Collaboration for Sustainability, semua bergandeng tangan melakukan aksi kebaikan untuk bumi dan generasi mendatang," ujar Dyah.
Lebih lanjut, Dyah menjelaskan bahwa saat ini kondisi lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan dengan 12,7 juta hektare lahan kritis yang berdampak adanya banjir dan tanah longsor.
"Melalui kewajiban PPKH untuk perusahaan, kami berharap lahan kritis ini dapat berkurang. Di sisi lain masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi yang begitu besar dari tanaman ini, tolong dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," katanya.
Sementara itu, dari 180 ribu pohon yang ditanam itu jenisnya beragam seperti pohon pinus, balsa, alpukat, nangka, sukun, petai dan trembesi dengan penggunaan polybag ramah lingkungan sebagai media persemaian dan percepatan penanaman dengan teknologi hydrogel sehingga tanaman tetap bertahan di musim kemarau.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024