Parade baju adat Nusantara mewarnai upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang digelar di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengenakan baju adat Minang Koto Gadang, Sumatera Barat, lengkap dengan penutup kepalanya tingkuluak talakuang.
"Ini saya kira tepat dengan kultur masyarakat Banyuwangi, di mana agama menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat. Sebagai pemimpin daerah, saya berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan harmonisasi di antara adat dan agama dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi," kata Bupati Ipuk dalam keterangannya, di Banyuwangi, Sabtu.
Baju adat yang dikenakan Bupati Ipuk mencerminkan adat Minangkabau yang berfalsafah adaik basyandi syarak, syarak basandi kitabullah. Di mana adat di Minangkabau mencerminkan spirit keagamaan.
Baca juga: Bupati Banyuwangi kukuhkan 75 Paskibraka HUT ke-79 Kemerdekaan RI
Sementara para tamu undangan yang hadir juga tampak mengenakan baju adat dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah mengenakan baju adat Jawa. Sekda Mujiono mengenakan baju adat Bugis dan tampak pula undangan yang lain mengenakan baju adat Papua, Bengkulu, hingga baju adat Dayak.
"Ini mengingatkan kita semua kembali bahwa Bangsa Indonesia dibangun dari kebhinnekaan, keberagaman yang kemudian kita bersatu, menyatukan tekad sebagai Bangsa Indonesia," kata Bupati Ipuk.
Ia menyampaikan Hari Kemerdekaan merupakan momentum bagi seluruh warga untuk kembali meneguhkan semua daya dan pikir, membawa bangsa ini maju dan berkarakter kuat.
"Maka semangat gotong royong menjadi landasan bagi semua pihak untuk membangun bangsa ini," kata Bupati Ipuk.
Berbagai program penanganan kemiskinan telah diluncurkan oleh Bupati Ipuk, seperti kegiatan ASN Peduli dimana ribuan ASN Banyuwangi bergotong royong membantu warga kurang mampu.
Hingga Program Banyuwangi Berbagi yang mengajak banyak elemen masyarakat untuk berkolaborasi menuntaskan masalah kemiskinan di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
"Saat awal kami menjabat pada 2021 angka kemiskinan di angka 8,07 persen. Alhamdulillah dengan gotong royong semua pihak, saat ini selama tiga tahun turun ke 6,54 persen," kata Bupati Ipuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengenakan baju adat Minang Koto Gadang, Sumatera Barat, lengkap dengan penutup kepalanya tingkuluak talakuang.
"Ini saya kira tepat dengan kultur masyarakat Banyuwangi, di mana agama menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat. Sebagai pemimpin daerah, saya berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan harmonisasi di antara adat dan agama dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi," kata Bupati Ipuk dalam keterangannya, di Banyuwangi, Sabtu.
Baju adat yang dikenakan Bupati Ipuk mencerminkan adat Minangkabau yang berfalsafah adaik basyandi syarak, syarak basandi kitabullah. Di mana adat di Minangkabau mencerminkan spirit keagamaan.
Baca juga: Bupati Banyuwangi kukuhkan 75 Paskibraka HUT ke-79 Kemerdekaan RI
Sementara para tamu undangan yang hadir juga tampak mengenakan baju adat dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah mengenakan baju adat Jawa. Sekda Mujiono mengenakan baju adat Bugis dan tampak pula undangan yang lain mengenakan baju adat Papua, Bengkulu, hingga baju adat Dayak.
"Ini mengingatkan kita semua kembali bahwa Bangsa Indonesia dibangun dari kebhinnekaan, keberagaman yang kemudian kita bersatu, menyatukan tekad sebagai Bangsa Indonesia," kata Bupati Ipuk.
Ia menyampaikan Hari Kemerdekaan merupakan momentum bagi seluruh warga untuk kembali meneguhkan semua daya dan pikir, membawa bangsa ini maju dan berkarakter kuat.
"Maka semangat gotong royong menjadi landasan bagi semua pihak untuk membangun bangsa ini," kata Bupati Ipuk.
Berbagai program penanganan kemiskinan telah diluncurkan oleh Bupati Ipuk, seperti kegiatan ASN Peduli dimana ribuan ASN Banyuwangi bergotong royong membantu warga kurang mampu.
Hingga Program Banyuwangi Berbagi yang mengajak banyak elemen masyarakat untuk berkolaborasi menuntaskan masalah kemiskinan di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
"Saat awal kami menjabat pada 2021 angka kemiskinan di angka 8,07 persen. Alhamdulillah dengan gotong royong semua pihak, saat ini selama tiga tahun turun ke 6,54 persen," kata Bupati Ipuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024