Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,04 persen (month-to-month/mtm) pada Juli 2024, yang salah satunya dipengaruhi momentum tahun ajaran baru.

"Pergantian tahun ajaran baru menjadi sebuah momen bagi penyelenggara jasa pendidikan untuk menyesuaikan tarif-tarif pendidikan yang harus dibayarkan oleh wali murid," kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Kamis.

Ia melanjutkan inflasi Jawa Timur juga dipengaruhi kenaikan harga pada komoditas cabai rawit yang telah berakhir masa panennya, sehingga pergerakan harganya selama Juli mengalami kenaikan signifikan.

Baca juga: Tiga desa di Kabupaten Magetan jadi percontohan Program Desa Cantik

Dengan terjadinya inflasi pada Juli, maka inflasi tahun kalender Juli 2024 terhadap Desember 2023 sebesar 0,84 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Juli 2024 terhadap Juli 2023 sebesar 2,13 persen.

"Ini sebuah catatan bahwa target pemerintah khususnya Provinsi Jatim untuk mencapai target inflasi 2,5 persen plus minus 1 persen sampai Juli masih dalam koridor yang wajar," ujar Zulkipli.

Sementara itu, dari dari 11 kabupaten/kota terdapat enam kabupaten/kota mengalami inflasi dan lima kabupaten/kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep yakni 0,29 persen dan terendah di Tulungagung 0,01 persen, sedangkan deflasi terdalam terjadi di Gresik yaitu 0,18 persen dan deflasi terendah yaitu Kediri dan Malang masing-masing 0,01 persen.

Untuk daerah lain yang mengalami inflasi meliputi seperti Kota Surabaya sebesar 0,1 persen, Kota Probolinggo 0,06 persen, Jember 0,04 persen, dan Banyuwangi 0,07 persen.

Kemudian, untuk daerah lain yang mengalami deflasi adalah Kota Madiun sebesar 0,03 persen dan Kabupaten Bojonegoro 0,07 persen.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024