Aliran sungai kurang lebih sepanjang 500 meter di Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten dipenuhi sampah plastik sehingga menghambat aliran air.
Berdasarkan pantauan di lokasi, Senin, tumpukan sampah nampak menutupi aliran sungai yang didominasi oleh sampah-sampah plastik rumah tangga.
Bahkan airnya pun berwarna hitam pekat dan menimbulkan aroma yang tidak sedap ketika berjalan menyusuri sungai tersebut.
Tinggi hamparan sampah di sungai tersebut hampir sejajaran dengan jalan disampingnya, bahkan lokasi sungai ini persis berada di pemukiman warga.
Salah seorang warga sekitar, Juminah di Serang mengaku tumpukan sampah yang mayoritas dari sampah rumah tangga tersebut terjadi sudah bertahun-tahun.
"Warga mau buang sampah kemana lagi gak ada tempatnya. Jadinya dibuang ke sungai. Ada tempat sampah, sepuluh hari juga udah penuh," katanya.
Juminah menjelaskan bahwa sampah-sampah di kampung tersebut tidak dikelola dengan baik. Hal itu karena hanya disediakan bak sampah namun tidak dilakukan pengangkutan oleh truk sampah.
Padahal sebelumnya, pernah ada informasi akan diadakan pengangkutan sampah dan setiap warga nantinya harus membayar retribusi. Namun hingga saat ini tidak kunjung terealisasi.
Menurut Juminah, aliran sungai tersebut dulunya cukup lebar dan memiliki kedalaman sekitar 2 meter. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan terus dijadikan tempat sampah akhirnya mengalami penyempitan sekaligus pendangkalan.
"Dulu ini sungainya lebar, dalam juga sering digunakan untuk mandi oleh warga sekitar," katanya menambahkan.
Akibat adanya tumpukan sampah tersebut, Juminah dan warga lainnya mengaku mengeluhkan bau sampah yang amat menyengat. Selain itu, sampah yang menumpuk juga menjadi sarang nyamuk.
"Dulu emang ada nyamuk, tapi gak separah sekarang. Kalau habis maghrib nyamuk banyak banget," jelasnya.
Saat ini, aliran sungai tersebut sudah tidak dimanfaatkan oleh warga untuk mencuci maupun mandi karena sudah tidak layak. Ia berharap, ada perhatian dari pemerintah terkait untuk melakukan pengerukan dan juga menyediakan angkutan sampah untuk warga. Agar nantinya tidak ada lagi warga yang membuang sampah ke sungai.
"Sekarang mah dinikmatin aja bau juga. Tapi pengennya mah dikeruk supaya ngalir lagi airnya, terus ada pengangkut sampah yang ke sini enggak papah kita bayar," katanya.
Warga lainnya, Samsiah juga mengeluhkan hal yang sama yaitu bau sampah yang mengganggu hingga menyumbat aliran sungai.
"Bukan bau lagi, bau banget, sudah bertahun-tahun dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga di sekitar lokasi. Sehingga semakin lama semakin menumpuk," katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, Senin, tumpukan sampah nampak menutupi aliran sungai yang didominasi oleh sampah-sampah plastik rumah tangga.
Bahkan airnya pun berwarna hitam pekat dan menimbulkan aroma yang tidak sedap ketika berjalan menyusuri sungai tersebut.
Tinggi hamparan sampah di sungai tersebut hampir sejajaran dengan jalan disampingnya, bahkan lokasi sungai ini persis berada di pemukiman warga.
Salah seorang warga sekitar, Juminah di Serang mengaku tumpukan sampah yang mayoritas dari sampah rumah tangga tersebut terjadi sudah bertahun-tahun.
"Warga mau buang sampah kemana lagi gak ada tempatnya. Jadinya dibuang ke sungai. Ada tempat sampah, sepuluh hari juga udah penuh," katanya.
Juminah menjelaskan bahwa sampah-sampah di kampung tersebut tidak dikelola dengan baik. Hal itu karena hanya disediakan bak sampah namun tidak dilakukan pengangkutan oleh truk sampah.
Padahal sebelumnya, pernah ada informasi akan diadakan pengangkutan sampah dan setiap warga nantinya harus membayar retribusi. Namun hingga saat ini tidak kunjung terealisasi.
Menurut Juminah, aliran sungai tersebut dulunya cukup lebar dan memiliki kedalaman sekitar 2 meter. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan terus dijadikan tempat sampah akhirnya mengalami penyempitan sekaligus pendangkalan.
"Dulu ini sungainya lebar, dalam juga sering digunakan untuk mandi oleh warga sekitar," katanya menambahkan.
Akibat adanya tumpukan sampah tersebut, Juminah dan warga lainnya mengaku mengeluhkan bau sampah yang amat menyengat. Selain itu, sampah yang menumpuk juga menjadi sarang nyamuk.
"Dulu emang ada nyamuk, tapi gak separah sekarang. Kalau habis maghrib nyamuk banyak banget," jelasnya.
Saat ini, aliran sungai tersebut sudah tidak dimanfaatkan oleh warga untuk mencuci maupun mandi karena sudah tidak layak. Ia berharap, ada perhatian dari pemerintah terkait untuk melakukan pengerukan dan juga menyediakan angkutan sampah untuk warga. Agar nantinya tidak ada lagi warga yang membuang sampah ke sungai.
"Sekarang mah dinikmatin aja bau juga. Tapi pengennya mah dikeruk supaya ngalir lagi airnya, terus ada pengangkut sampah yang ke sini enggak papah kita bayar," katanya.
Warga lainnya, Samsiah juga mengeluhkan hal yang sama yaitu bau sampah yang mengganggu hingga menyumbat aliran sungai.
"Bukan bau lagi, bau banget, sudah bertahun-tahun dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga di sekitar lokasi. Sehingga semakin lama semakin menumpuk," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024