Bupati Sumenep Akhmad Fauzi Wongsoyudo mengajak generasi muda di daerah itu merawat dan melestarikan keris agar bisa menjadi penerus generasi tua yang saat ini menjadi empu atau perajin keris.
"Adik-adik ini adalah para penerus dan apabila tidak ada generasi penerus dari kerajinan keris yang ada di Sumenep ini, maka keris yang menjadi kebanggaan dan telah diakui dunia ini, pada akhirnya bisa punah," katanya saat menghadiri acara Haul dan Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep dan Pusaka Leluhur di Desa Aeng Tong-Tong di Sumenep, Senin.
Penjamasan merupakan kegiatan membersihkan pusaka dari kotoran, sedangkan tradisi ini biasanya digelar setiap 1 Sura atau bertepatan dengan tanggal 1 Muharram tahun Hijriah.
Pemkab Sumenep bersama Pelestari Budaya Leluhur Desa Aeng Tong-Tong "Pelar Agung" menggelar Haul dan Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep dan Pusaka Leluhur Desa Aeng Tong-Tong.
Kegiatan ini melibatkan lintas generasi, karena haul dan penjamasan pusaka tidak hanya menghadirkan para empu, tokoh agama dan tokoh masyarakat, melainkan juga menghadirkan siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
"Dan siswa siswi yang kita undang untuk mengikuti haul dan penjamasan keris ini sebagai salah satu upaya Pemkab Sumenep untuk memperkenalkan warisan budaya para leluhur supaya mereka mencintai, merawat, serta melestarikan keris,” kata dia.
Ia juga berharap, pelajar atau generasi muda yang mencintai keris, berdampak positif kepada regenerasi perajin keris agar keberadaan empu tetap bertahan hingga masa mendatang.
Tantangan perajin keris saat ini, ujarnya, regenerasi dalam rangka mempertahankan produksi keris di Kabupaten Sumenep. Regenerasi mereka harus berlanjut pada masa mendatang.
“Karena itulah empu, sesepuh, dan pelaku keris utamanya di Desa Aeng Tong-Tong senantiasa menularkan ilmu dan keahliannya kepada generasi muda di desanya, demi melestarikan tradisi luhur kepada generasi muda sebagai penerus,” kata dia.
Orang nomor satu di Pemkab Sumenep ini menyatakan upaya melestarikan pusaka keris dengan menetapkan daerah setempat sebagai Kota Keris pada 2014 serta menobatkan Desa Aeng Tong-Tong sebagai desa keris pada Maret 2018.
“Desa Aeng Tong-Tong sebagai desa wisata keris menunjukkan bahwa desa ini memiliki keistimewaan yang tiada duanya, dan perlu dijaga eksistensinya secara bersama-sama,” katanya.
Penjamasan keris pusaka keraton dan pusaka leluhur Desa Aeng Tong-Tong menggunakan tujuh sumber air kuno di tiga tempat, Taman Sare Keraton, Kecamatan Lenteng, dan Kecamatan Saronggi.
Empu Keris Paguyuban Pelar Agung, Desa Aeng Tong-Tong, Kabupaten Sumenep Ika Arista menjelaskan kebijakan pemkab melibatkan siswa sebagai langkah positif.
Selain bisa melihat langsung proses penjamasan keris dalam menjaga dan merawat pusaka yang telah dilakukan leluhur, katanya, hal itu juga untuk menumbuhkan semangat memiliki budaya leluhur.
“Semoga kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada siswa tentang merawat pusaka keris sebagai salah satu budaya warisan leluhur,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Adik-adik ini adalah para penerus dan apabila tidak ada generasi penerus dari kerajinan keris yang ada di Sumenep ini, maka keris yang menjadi kebanggaan dan telah diakui dunia ini, pada akhirnya bisa punah," katanya saat menghadiri acara Haul dan Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep dan Pusaka Leluhur di Desa Aeng Tong-Tong di Sumenep, Senin.
Penjamasan merupakan kegiatan membersihkan pusaka dari kotoran, sedangkan tradisi ini biasanya digelar setiap 1 Sura atau bertepatan dengan tanggal 1 Muharram tahun Hijriah.
Pemkab Sumenep bersama Pelestari Budaya Leluhur Desa Aeng Tong-Tong "Pelar Agung" menggelar Haul dan Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep dan Pusaka Leluhur Desa Aeng Tong-Tong.
Kegiatan ini melibatkan lintas generasi, karena haul dan penjamasan pusaka tidak hanya menghadirkan para empu, tokoh agama dan tokoh masyarakat, melainkan juga menghadirkan siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
"Dan siswa siswi yang kita undang untuk mengikuti haul dan penjamasan keris ini sebagai salah satu upaya Pemkab Sumenep untuk memperkenalkan warisan budaya para leluhur supaya mereka mencintai, merawat, serta melestarikan keris,” kata dia.
Ia juga berharap, pelajar atau generasi muda yang mencintai keris, berdampak positif kepada regenerasi perajin keris agar keberadaan empu tetap bertahan hingga masa mendatang.
Tantangan perajin keris saat ini, ujarnya, regenerasi dalam rangka mempertahankan produksi keris di Kabupaten Sumenep. Regenerasi mereka harus berlanjut pada masa mendatang.
“Karena itulah empu, sesepuh, dan pelaku keris utamanya di Desa Aeng Tong-Tong senantiasa menularkan ilmu dan keahliannya kepada generasi muda di desanya, demi melestarikan tradisi luhur kepada generasi muda sebagai penerus,” kata dia.
Orang nomor satu di Pemkab Sumenep ini menyatakan upaya melestarikan pusaka keris dengan menetapkan daerah setempat sebagai Kota Keris pada 2014 serta menobatkan Desa Aeng Tong-Tong sebagai desa keris pada Maret 2018.
“Desa Aeng Tong-Tong sebagai desa wisata keris menunjukkan bahwa desa ini memiliki keistimewaan yang tiada duanya, dan perlu dijaga eksistensinya secara bersama-sama,” katanya.
Penjamasan keris pusaka keraton dan pusaka leluhur Desa Aeng Tong-Tong menggunakan tujuh sumber air kuno di tiga tempat, Taman Sare Keraton, Kecamatan Lenteng, dan Kecamatan Saronggi.
Empu Keris Paguyuban Pelar Agung, Desa Aeng Tong-Tong, Kabupaten Sumenep Ika Arista menjelaskan kebijakan pemkab melibatkan siswa sebagai langkah positif.
Selain bisa melihat langsung proses penjamasan keris dalam menjaga dan merawat pusaka yang telah dilakukan leluhur, katanya, hal itu juga untuk menumbuhkan semangat memiliki budaya leluhur.
“Semoga kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada siswa tentang merawat pusaka keris sebagai salah satu budaya warisan leluhur,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024