Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua profesor dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dengan bidang ilmu yang berbeda, yakni Prof Dr Edi Susilo dan Prof Dr Dewa Gede Raka Wiadnya di Gedung Samantha Krida kampus setempat pada Selasa (9/7).
Prof Edi Susilo dikukuhkan sebagai guru besar ke-22 di FPIK dan guru besar aktif ke-216 di UB, sedangkan Prof Dewa Gede sebagai guru besar ke-23 di FPIK dan guru besar aktif ke-217 di UB. Keduanya merupakan guru besar ke-384 dan ke-385 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB.
Prof Edi Susilo kepada wartawan di Malang, Jawa Timur, Senin, menyarankan pemerintah agar mereformasi kebijakan perikanan dengan melibatkan masyarakat, khususnya nelayan dan pihak-pihak terkait lainnya.
"Dalam mengambil kebijakan perikanan, khususnya bagi nelayan, benar-benar memenuhi kebutuhan mereka, dan kebijakan itu juga harus benar-benar dilakukan (diimplementasikan)," ujarnya.
Ia mengakui dalam musyawarah rencana pembangunan perikanan banyak memunculkan ide dan inovasi cemerlang, namun tidak ada tindak lanjutnya atau tergusur dari rencana.
"Oleh karena itu, kami ingin membantu membuka akses masyarakat, khususnya nelayan agar bisa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya yang bertumpu pada sektor perikanan," katanya.
Pada kesempatan itu, Prof Edi mengingatkan sumber daya alam harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia saat sekarang dan generasi mendatang. Jika kegiatan ekonomi manusia merusakkan ekologi, maka berpeluang mengalami kesulitan dalam kesejahteraan sosial.
Sementara itu, Prof Dewa Gede Raka mengemukakan Indonesia masih kekurangan tenaga eksplorasi dan dalam mempelajari spesies ikan. Ia mengaku khawatir akan kehilangan spesies ikan sebelum jenis ikan tersebut diidentifikasi secara tepat.
"Sebelum kita kehilangan spesies dan jenis ikan, bagaimana cara kita mendokumentasikannya sebelum ikan itu punah atau hilang," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Prof Edi Susilo dikukuhkan sebagai guru besar ke-22 di FPIK dan guru besar aktif ke-216 di UB, sedangkan Prof Dewa Gede sebagai guru besar ke-23 di FPIK dan guru besar aktif ke-217 di UB. Keduanya merupakan guru besar ke-384 dan ke-385 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB.
Prof Edi Susilo kepada wartawan di Malang, Jawa Timur, Senin, menyarankan pemerintah agar mereformasi kebijakan perikanan dengan melibatkan masyarakat, khususnya nelayan dan pihak-pihak terkait lainnya.
"Dalam mengambil kebijakan perikanan, khususnya bagi nelayan, benar-benar memenuhi kebutuhan mereka, dan kebijakan itu juga harus benar-benar dilakukan (diimplementasikan)," ujarnya.
Ia mengakui dalam musyawarah rencana pembangunan perikanan banyak memunculkan ide dan inovasi cemerlang, namun tidak ada tindak lanjutnya atau tergusur dari rencana.
"Oleh karena itu, kami ingin membantu membuka akses masyarakat, khususnya nelayan agar bisa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya yang bertumpu pada sektor perikanan," katanya.
Pada kesempatan itu, Prof Edi mengingatkan sumber daya alam harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia saat sekarang dan generasi mendatang. Jika kegiatan ekonomi manusia merusakkan ekologi, maka berpeluang mengalami kesulitan dalam kesejahteraan sosial.
Sementara itu, Prof Dewa Gede Raka mengemukakan Indonesia masih kekurangan tenaga eksplorasi dan dalam mempelajari spesies ikan. Ia mengaku khawatir akan kehilangan spesies ikan sebelum jenis ikan tersebut diidentifikasi secara tepat.
"Sebelum kita kehilangan spesies dan jenis ikan, bagaimana cara kita mendokumentasikannya sebelum ikan itu punah atau hilang," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024