Bojonegoro - Tanggul sisi kanan Bengawan Solo di Dusun Grape, Desa Kanor, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, ambles sedalam dua meter dengan panjang sekitar 200 meter, sehingga dikhawatirkan mengakibatkan banjir di wilayah Kanor dan sekitarnya. "Kalau amblesnya tanggul Kanor tidak diperbaiki, dalam kondisi banjir siaga kuning (siaga II), maka air luapan Bengawan Solo akan melimpas dan menimbulkan banjir," kata Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Hirnowo, Minggu. Dampaknya, lanjutnya, luapan air yang melimpas di tanggul yang ambles itu akan menggenangi pemukiman warga dan ribuan hektare areal pertanian, juga fasilitas umum lainnya di sejumlah desa di Kecamatan Kanor. Bahkan, jelasnya, dalam kondisi banjir besar, luapan air banjir bisa meluas ke sejumlah desa di Kecamatan Baureno dan bisa mengancam terputusnya jalan raya Bojonegoro ke arah Surabaya. "Kami sudah meminta ada penangananan darurat, sebelum banjir Bengawan Solo datang," katanya, mengungkapkan. Menurut dia, amblesnya tanggul di Kanor itu sudah dilaporkan kepada Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng dan Dinas PU Pengairan Provinsi Jatim, dengan harapan ada penanganan darurat, sebelum banjir Bengawan Solo datang. Ia menyebutkan, amblesnya tanggul sepanjang 200 meter yang dibangun pada 2010 itu, diketahui sekitar November lalu, bersamaan air Bengawan Solo di daerah setempat mulai meninggi. Penyebabnya, tanah lokasi tanggul mengalami penurunan, karena merupakan tanah urukan baru. "Itu merupakan kejadian biasa, sebab tanah yang dimanfaatkan lokasi tanggul merupakan tanah urukan baru," katanya, menegaskan. Selain itu, lanjutnya, juga diketahui tembok penahan tanggul yang lokasinya tidak jauh dari lokasi amblesnya tanggul, juga mengalami penurunan sekitar 60 centimeter dengan panjang 30 meter. Dari keterangan yang diperoleh, dalam kejadian banjir besar Bengawan Solo pada awal 2008, tanggul Negara di Kecamatan Kanor, jebol di sejumlah titik dan salah satu titik lokasi yang jebol di Dusun Grape itu dengan panjang ratusan meter. Menyusul setelah itu, Balai Besar Bengawan Solo di Solo, membangun kembali tanggul di Kecamatan Kanor, juga membangun tanggul baru pada 2010, dengan panjang sekitar 4,6 kilometer. Secara terpisah, seorang warga Desa Kedungbondo, Kecamatan Balen, Hadi menyatakan, dengan dibangunnya tanggul kanan di Kecamatan Kanor itu mulai dikhawatirkan warga di tepian Bengawan Solo, di desanya. Masalahnya, jelasnya, wilayah desanya yang berada di bagian hulu belum memiliki tanggul, sehingga ketika banjir luapan Bengawan Solo datang, maka luapannya akan menggenangi pemukiman warga di desa setempat. "Seharusnya di tempat kami, juga harus dibangun tanggul, kalau tidak jelas banjir yang terjadi di desa kami akan semakin meluas, " katanya, menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011