Pemerintah Kota Kediri mengungkapkan bahwa temuan penderita tuberkulosis (TBC) di daerah tersebut masih cukup tinggi, sehingga seluruh tenaga kesehatan juga sinergi agar kasus bisa semakin berkurang.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, di Kota Kediri sampai saat ini terdapat 1.380 kasus TBC sensitif obat dan 40 TBC resisten obat.

PJ Wali Kota Kediri Zanariah mengemukakan TBC masih menjadi masalah kesehatan serius, terlebih Indonesia menjadi peringkat dua sebagai negara dengan beban TBC tertinggi di dunia.

"Angka tersebut termasuk yang tertinggi selama kurun waktu lima tahun terakhir. Ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak konsisten, sehingga bakteri penyebab TBC mycobacterium tuberculosis menjadi kebal terhadap obat-obatan," katanya di Kediri, Senin.

Zanariah menambahkan selama ini yang menjadi tantangan dalam penanganan tuberkulosis adalah tingginya angka putus pengobatan.

Hal itu dikarenakan beberapa hal terutama adanya durasi pengobatan yang cukup lama yaitu minimal enam bulan, adanya efek samping obat, kesulitan akses, masalah ekonomi dan juga stigma negatif.

Menurut dia, upaya pemberantasan tuberkulosis terus dilakukan pemerintah. Setiap fasilitas kesehatan yang menemukan kasus TBC juga wajib melaporkan ke dinas kesehatan dan mencatat di Sistem Informasi Tuberkulosis.

"Maka dari itu, seluruh tenaga kesehatan untuk saling bersinergi mencapai target eliminasi TBC tahun 2030. Karena tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dalam penanganan tuberkulosis ini," kata dia.

Ia mengapresiasi kegiatan Workshop Update Tatalaksana Tuberkulosis (TBC) Sensitif Obat (SO) dan TBC Resisten Obat (RO) bagi tenaga kesehatan di Kota Kediri ini.

Dirinya berharap adanya kegiatan ini para tenaga kesehatan bisa memahami update penanganan program TBC yang berubah begitu cepat. Selain itu bisa meningkatkan kompetensi sumber daya tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan program TBC di seluruh fasilitas kesehatan di Kota Kediri.

"Semoga dengan ikhtiar ini, kasus TBC di Kota Kediri semakin berkurang, sehingga derajat kesehatan masyarakat juga terus meningkat," kata dia.

Workshop tersebut diisi oleh narasumber Prof. Dr. Soedarsono, dr., Sp. P(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Hangtuah Surabaya dan dr. Retno Asih Setyaningrum, dr., Sp.A (K) dari RSUD Dr. Soetomo serta dr. Palmalina Anggita dari RS Muhammadiyah Kota Kediri.

Turut hadir dalam acara ini Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Muhammad Fajri dan peserta workshop yakni kepala puskesmas se-Kota Kediri, dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan, apoteker dan farmasi.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024