Peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Anang Lastriyanto mengembangkan teknologi pengolahan madu yang pada akhirnya diharapkan mampu memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan.
Anang, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu mengatakan bahwa riset yang dilakukan selama kurang lebih selama 3,5 tahun tersebut, produk utama yang dihasilkan adalah madu yang diproses secara terintegrasi dan madu bubuk yang telah melewati sejumlah proses.
"Teknologi ini belum banyak yang menyentuh, bagaimana mengolah madu menjadi bubuk," katanya.
Ia menjelaskan penelitian yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tersebut, pada tahun pertama mengembangkan langkah awal untuk proses pengolahan madu dan melahirkan purwarupa alat yang dipergunakan.
Pada tahun pertama tersebut, katanya, pengolahan madu dengan metode pasteurisasi dan pendinginan cepat atau vacuum cooler. Pengembangan proses pengolahan madu kemudian dilanjutkan pada tahun kedua berupa peningkatan untuk skala industri.
Dengan peningkatan skala industri tersebut, katanya, dalam proses pengolahan madu dengan metode pasteurisasi atau pemanasan itu, menghasilkan buih. Buih tersebut, dinilai tidak memberikan jaminan mutu terhadap produk madu yang dihasilkan.
"Madu itu jika dipanaskan berbuih, sehingga, jaminan mutu dan lama proses belum tentu terjamin," katanya.
Baca juga: 92 mahasiswa Universitas Brawijaya lolos Program IISMA 2024
Namun, ujarnya, dengan metoda pendinginan cepat usai dilakukan pasteurisasi tersebut, buih yang dihasilkan saat pemanasan tersebut bisa teratasi. Selain itu, kandungan air dalam madu yang diolah juga berkurang.
Oleh karena itu, dalam dua tahun penelitian pengolahan madu itu ditemukan sejumlah proses mulai dari pasteurisasi, pendinginan cepat, menghilangkan buih dan mengurangi kadar air. Sebanyak empat proses itu merupakan teknologi pengolahan madu terintegrasi atau yang disebut dengan 4 in 1.
"4 in 1 itu adalah proses memanaskan, mendinginkan cepat, menghilangkan buih dan mengurangi air," katanya.
Ia menjelaskan bahwa memasuki tahun ketiga proses pengembangan teknologi pengolahan madu tersebut fokus untuk menghasilkan produk akhir berupa madu bubuk. Proses yang paling utama untuk menghasilkan madu bubuk adalah formulasi.
"Proses madu bubuk, yang paling penting adalah formulasi. Formulasi ini, kita arahkan untuk madu akasia. Karena peternak madu hutan akasia ini sedang bingung memasarkan, karena harga turun," katanya.
Proses formulasi tersebut dilakukan melalui proses penelitian secara bertahap dan evaluasi hasil. Proses formulasi yang saat ini tengah dipatenkan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan madu yang telah diformulasi.
"Pada saat terkena panas, adonan akan mengembang. Madu tersebut terlindungi oleh bahan (yang diformulasikan) menjadi terenkapsulasi," katanya.
Setelah dipanaskan adonan tersebut akan mengembang dan kemudian kering menjadi bongkahan. Bongkahan tersebut kemudian didinginkan, kemudian digiling menjadi produk akhir berupa madu bubuk.
Dalam penelitian selama 3,5 tahun tersebut, peneliti Universitas Brawijaya itu telah melahirkan produk akhir berupa madu yang diproses terintegrasi, madu bubuk dan mesin yang dipergunakan untuk mengolah madu tersebut.
Dalam jangka panjang, diharapkan produk madu bubuk tersebut bisa menjadi bahan baku untuk sektor industri baik di dalam negeri maupun untuk pasar ekspor.
Selain itu, produk akhir tersebut juga bisa dipergunakan untuk memasok kebutuhan di negara-negara di Afrika dan ASEAN.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024