Ratusan santri dan santriwati Pondok Pesantren Alif Laam Miim Surabaya berhamburan keluar dari masjid saat terjadi gempa susulan yang berlangsung kurang lebih berlangsung selama satu menit pada Jumat 22 Maret 2024, pukul 15.52 WIB.
Ratusan santri yang mondok di kawasan Kebonsari tersebut, sebelumnya melaksanakan kegiatan hadrah sembari menunggu waktu berbuka tiba.
"Kerasa sekali tadi, para santri langsung keluar dari masjid," ucap salah satu pengunjung bernama Nurika.
Gempa tersebut, menurutnya lebih kencang dari siang tadi. "Lebih kencang dari yang tadi, semoga tidak ada apa-apa," katanya.
Sementara, salah seorang penghuni apartemen di kawasan Surabaya Timur bernama Clorinda, mengaku kaget dan takut sekali karena saat gempa terjadi dirinya berada di lantai tujuh.
"Takut sekali tadi, kerasa sekali. Saya langsung bawa anak turun lewat tangga darurat," katanya.
Selain dirinya, banyak juga para penghuni apartemen tersebut juga keluar dari gedung bertingkat 31 tersebut.
"Semuanya keluar ke tempat yang telah di tentukan, di luar," kata Clorinda.
Menurut data dari aplikasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, gempa telah terjadi sebanyak 15 kali, sejak pukul 11.22 WIB. Namun yang terbesar pada pukul 15.52 WIB, yakni sebesar 6,5 Skala Richter (SR).
Menurut data BMKG, beberapa wilayah dalam skala MMI, yang merasakan gempa tersebut diantaranya III-IV Blora, III-IV Surabaya, III-IV Kabupaten Banjar, II-III Mojokerto, II-IIl Malang, II-IIl Lumajang, II-III Nganjuk dan II Yogyakarta.
Sebelumnya, Badan, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa susulan terjadi lebih dari lima kali sejak gempa awal dengan magnitudo 6,0 pada Jumat pukul 11.22 WIB di 132 kilometer timur laut Tuban, Jawa Timur, dengan kedalaman 10 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Ratusan santri yang mondok di kawasan Kebonsari tersebut, sebelumnya melaksanakan kegiatan hadrah sembari menunggu waktu berbuka tiba.
"Kerasa sekali tadi, para santri langsung keluar dari masjid," ucap salah satu pengunjung bernama Nurika.
Gempa tersebut, menurutnya lebih kencang dari siang tadi. "Lebih kencang dari yang tadi, semoga tidak ada apa-apa," katanya.
Sementara, salah seorang penghuni apartemen di kawasan Surabaya Timur bernama Clorinda, mengaku kaget dan takut sekali karena saat gempa terjadi dirinya berada di lantai tujuh.
"Takut sekali tadi, kerasa sekali. Saya langsung bawa anak turun lewat tangga darurat," katanya.
Selain dirinya, banyak juga para penghuni apartemen tersebut juga keluar dari gedung bertingkat 31 tersebut.
"Semuanya keluar ke tempat yang telah di tentukan, di luar," kata Clorinda.
Menurut data dari aplikasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, gempa telah terjadi sebanyak 15 kali, sejak pukul 11.22 WIB. Namun yang terbesar pada pukul 15.52 WIB, yakni sebesar 6,5 Skala Richter (SR).
Menurut data BMKG, beberapa wilayah dalam skala MMI, yang merasakan gempa tersebut diantaranya III-IV Blora, III-IV Surabaya, III-IV Kabupaten Banjar, II-III Mojokerto, II-IIl Malang, II-IIl Lumajang, II-III Nganjuk dan II Yogyakarta.
Sebelumnya, Badan, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa susulan terjadi lebih dari lima kali sejak gempa awal dengan magnitudo 6,0 pada Jumat pukul 11.22 WIB di 132 kilometer timur laut Tuban, Jawa Timur, dengan kedalaman 10 kilometer.
BMKG mencatat, hingga Jumat pukul 13.18 WIB masih terjadi gempa susulan dengan magnitudo 3,5, sebelumnya terjadi gempa susulan dengan magnitudo 3,0 pada pukul 13.09 WIB, kemudian pukul 13.06 WIB gempa dengan magnitudo 3,6, dan pukul 13.05 WIB gempa dengan magnitudo 4,1.
"Pukul 13.03 WIB terjadi gempa susulan dengan magnitudo 3,0, pukul 12.49 WIB gempa magnitudo 2,9, pukul 12.44 WIB gempa magnitudo 3,0, pukul 12.31 WIB gempa magnitudo 5,3," tulis BMKG dalam laman resminya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024